Pasokan Berlebih, Kesulitan Cari Pasar Gas

- Jumat, 4 Desember 2020 | 15:51 WIB

BALIKPAPAN- Pemerintah tampaknya bakal bekerja ekstra keras untuk mencari pasar gas alam cair (LNG). Sebab, saat ini banyak rencana produksi LNG nasional yang belum memperoleh komitmen pembeli (uncommitted cargo) mulai 2020-2030 mendatang.

Tenaga Ahli Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bidang Tata Kelola Migas Nanang Untung mengatakan, kelebihan pasokan LNG hingga 2030 ini bahkan belum termasuk target peningkatan produksi gas menjadi 12 miliar kaki kubik per hari (BSCFD) pada 2030 mendatang.

“Bila target produksi tersebut tercapai, maka artinya kelebihan pasokan LNG akan semakin tinggi, sehingga tantangan untuk mencari pembeli akan semakin besar,” ujarnya pada hari kedua acara 2020 International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas secara virtual, Kamis (3/12).

Nanang menyampaikan, jika semua proyek dioperasikan dan memasukkan potensi suplai ke depan akan mengalami potensi kelebihan kargo LNG. Itu bahkan dengan asumsi produksi gas di bawah 12 BSCFD pada 2030. Akan ada banyak kelebihan LNG dan gas bumi di Indonesia. “Sampai saat ini, masalah produksi gas adalah kesulitan mencari buyers. Ini menjadi PR perusahaan dan pemerintah,” tuturnya.

Terlebih, kini terdapat tantangan tambahan di mana harga gas domestik sekitar USD 6 per MMBTU, lebih tinggi dibandingkan harga gas di pasar internasional yang di bawah USD 6 per MMBTU. Bila ada kelebihan pasokan, maka dalam jangka pendek biasanya pasokan LNG tersebut akan dijual ke pasar spot.

Menurutnya, banyaknya potensi kelebihan kargo LNG tersebut mengubah prioritas pemasaran gas, yaitu tidak hanya fokus memenuhi kebutuhan gas domestik, tapi juga harus mengikuti perkembangan pasar global LNG. "Untuk LNG, ini memang sangat dinamis. Di Indonesia kita banyak kelebihan LNG untuk diekspor," ujarnya.

Guna menghadapi situasi tersebut, menurutnya ini membutuhkan strategi komersial tertentu sehingga bisa tetap menjaga produksi gas pada level optimal dan tetap memperoleh harga yang kompetitif di tengah persaingan LNG global.

Salah satu upaya yang dilakukan, yaitu memperbaiki dan mempercepat proses transaksi LNG, mulai dari tahap pelelangan. Dia mengatakan, proses pelelangan LNG pada kondisi normal bisa memakan waktu cukup lama. Namun kini diperbaiki di mana proses validasi penawaran LNG ini hanya dalam hitungan hari atau bahkan jam.

Kini, pemerintah dan SKK Migas bekerja secara paralel agar proses persetujuan dari pelelangan LNG ini bisa dipersingkat dan dipercepat. Sistem persetujuan digital untuk persetujuan rekomendasi ekspor itu menjadi salah satu opsi cara mempercepat proses pelelangan ini. "Bila uncommitted cargo (LNG yang belum terkontrak) ini tidak dijual, maka ini akan mengganggu produksi. Jadi, kami bekerja dengan SKK Migas dan KKKS untuk mengatur ini," ungkapnya.

Saat ini, PT Pupuk Kaltim menjadi pembeli lokal yang cukup tinggi sejauh ini. SKK Migas juga melakukan delapan kesepakatan komersial. Kesepakatan tersebut meliputi enam perjanjian jual beli gas bumi, amandemen perjanjian, dan head of agreement (HoA) dengan total komitmen pasokan sebesar 240 juta kaki kubik per hari (MMSCFD), dan dua perjanjian implementasi penyesuaian harga gas bumi.

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengungkapkan, potensi penerimaan atas penjualan gas bumi sebesar 240 MMSCFD tersebut mencapai USD 1,12 miliar.

Menurut Dwi, penandatanganan kontrak-kontrak gas ini tidak hanya menghasilkan pendapatan, tetapi juga mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Sebab, gas yang terjual sebagian akan disuplai ke pabrik pupuk di Kaltim dan Jawa Timur untuk pengembangan industri di Jawa Barat dan Jawa Timur, serta untuk mendukung produksi minyak dan listrik

“Kesepakatan ini menunjukkan koordinasi yang baik antara SKK Migas, pembeli dan penjual. SKK Migas mengharapkan kerja sama ini terus dijaga dan ditingkatkan untuk memastikan seluruh produksi gas bumi dapat dimonetisasi,” kata Dwi.

Dia menambahkan, komersialisasi menjadi salah satu pilar strategis dalam mendukung pencapaian visi jangka panjang SKK Migas dengan produksi gas bumi sebesar 12 miliar kaki kubik per hari (BSCFD) pada tahun 2030. “Tanpa ada kepastian pembeli, proyek gas bumi tidak akan berjalan,” katanya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X