Mengasah Komunikasi para Siswa “Istimewa”

- Jumat, 4 Desember 2020 | 14:30 WIB

Oleh: Ari Fajar Ani, MPd

(Fasilitator Daerah Tanoto Foundation)

 

Pendidikan inklusif menjadi salah satu titik perhatian dunia pendidikan. Harapan pencapaiannya adalah pemerataan kesempatan belajar yang menjadi hak setiap individu.

Tempat saya mengabdi, SMP 2 Bontang merupakan satu dari beberapa satuan pendidikan di Kaltim yang menjadi penyelenggara kelas inklusi. Bagi anak-anak istimewa ini, ada kurikulum khusus, yang berisikan materi dan metode khusus pula. Menyesuaikan kemampuan mereka yang berkebutuhan khusus.

Kami menerapkan sistem pull out. Mulanya siswa berkebutuhan khusus dan siswa reguler belajar di kelas yang sama. Namun, pada waktu tertentu, ditarik ke ruang belajar khusus. Bersama guru pembimbing khusus, dengan kurikulum dan materi yang khusus pula.

Kenapa tidak dipisah saja? Justru sesi bersama antara siswa reguler dengan siswa berkebutuhan khusus itulah yang menegaskan bahwa pendidikan inklusif itu berlangsung.

Dalam sesi kelas khusus, keterampilan berkomunikasi menjadi kunci utama. Saya mengambil sampel di kelas VII SMP 2 Bontang. Ada empat siswa tunagrahita yang mengalami gangguan komunikasi, terutama dalam menyampaikan pesan. Ada pula yang sangat minim kosakata, sehingga cenderung “diam”.

Setelah memikirkan metode komunikasi yang efektif, PR selanjutnya adalah pengembangan kemampuan berpikir siswa. Itu didapat melalui penugasan dengan dipandu pertanyaan produktif, imajinatif, dan terbuka (PIT).

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, guru menerapkan unsur pembelajaran “MIKIR” yang menjadi kampanye dari Tanoto Foundation. Sebagai contoh, saat mata pelajaran IPS di kelas VII dengan materi Profesi. Guru menyiapkan pertanyaan dengan konsep PIT tadi, lalu siswa ditugaskan menggunting dan menempelkan gambar-gambar profesi pada kertas yang disediakan.

Sekilas, menggunting dan menempel adalah aktivitas sederhana. Namun, ini terbukti efektif melatih motorik halus. Termasuk bagi siswa berkebutuhan khusus. Secara bersamaan, tujuan kompetensi terkait Profesi yang menjadi materi pembelajaran, dapat dicapai.

Dalam praktiknya, saya membagi siswa berpasangan untuk mengelompokkan gambar profesi. Yakni, berdasarkan bidang jasa dan non-jasa. Selanjutnya menjawab pertanyaan seperti: Apa profesi/pekerjaan pada gambar yang ditempel? Profesi apa yang akan kamu pilih saat dewasa? Mengapa memilih profesi tersebut? Apa saja yang akan kamu lakukan dengan profesi atau pekerjaanmu itu? serta pertanyaan lanjutan seperti Apa yang harus dilakukan dokter 5 tahun ke depan agar orang-orang tetap sehat?

Dalam proses interaksi, Akbar, salah satu siswa menempel gambar tentara dan arsitek. Lalu menuliskan tanggung jawab dan tempat bekerja.

Di pertanyaan selanjutnya, dia menyatakan ingin menjadi pemadam kebakaran. Alasannya, karena pernah lihat pemadam kebakaran menangkap ular di rumah tetangganya. Sehingga dia beranggapan bahwa pekerjaan tersebut terdapat nilai keberanian. Akbar terus giat belajar untuk mencapai mimpinya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X