Mengolah cap tikus dari tetes uap air nira telah menghidupi begitu banyak orang dan menyekolahkan begitu banyak anak di Sulawesi Utara. Ada pula yang memanfaatkannya menjadi bahan hand sanitizer jauh sebelum pandemi Covid-19.
REVLIANDO ABDILLAH, Manado, Jawa Pos
CAP TIKUS kerap menjadi biang keributan? Nun di Kalawat, Minahasa Utara, sana, stigma itu dibuang jauh-jauh. Yang ada malah peran penting cap tikus dalam perang melawan pandemi Covid-19.
Adalah Sinyo Johan Arnold Mononutu yang tergerak untuk mengolah cap tikus. Demi menyejahterakan masyarakat petani cap tikus. Dengan mengolah dan meneliti air nira menjadi bahan farmasi dan industri. Salah satunya untuk hand sanitizer yang di masa pandemi ini demikian populer sebagai salah satu cara mencegah penularan Covid-19.
Dan, Sinyo sudah melakukannya, mengolah air nira menjadi bahan farmasi itu sejak 2007. ’’Ketika harga komoditas lain jatuh, cap tikus yang menjadi topangan. Artinya, kalau diteliti dan dikelola dengan baik, bisa menjadi sumber pendapatan dan martabat pemerintah serta masyarakat,’’ katanya kepada Manado Post.
Bagi warga luar Sulawesi Utara, cap tikus mungkin hanya berarti satu: minuman beralkohol khas provisi berjuluk Bumi Nyiur Melambai itu. Padahal, cap tikus sejatinya adalah tetes uap air nira yang dimasak. Nah, dari situ bisa dibuat berbagai minuman beralkohol saja, termasuk vodka, red label, dan cap tikus sendiri.
Minuman beralkohol bermerek Cap Tikus itu diproduksi PT Jobubu. Tapi, sebelum minuman yang dihasilkan pabrik itu, sudah ada minuman tradisional Minahasa yang oleh warga setempat juga disebut cap tikus.
Lantas, kenapa tetes uap air nira itu dinamai cap tikus? Sejarahnya panjang, menjulur sampai menjelang diterjunkannya serdadu Minahasa di Perang Jawa (Perang Diponegoro).
Sebelumnya, minuman tradisional setempat dinamai sopi. Nah, saat mengikuti pendidikan militer di Benteng Amsterdam, Manado, para serdadu mendapati sopi dijual di botol-botol biru bergambar ekor tikus yang dijual para pedagang Tionghoa.
Tapi, cap tikus bukan cuma bahan baku untuk minuman. Seperti yang ditunjukkan Sinyo, cap tikus juga bisa menjadi bahan baku untuk produk farmasi. Tentu lewat proses cap tikus menjadi etanol dulu.
’’Sulut ini gudangnya seho, kualitasnya bagus-bagus. Masak etanol malah mendatangkan dari Jawa,’’ kata Sinyo.
Di tengah bergulirnya isu Rancangan Undang-Undang Larangan Minuman Beralkohol (Mihol), mengolah cap tikus menjadi bahan selain minuman beralkohol itu sangat penting. Sebab, memberikan alternatif, terutama kepada petani cap tikus, untuk tetap meraup penghasilan.