Singkirkan Stigma Negatif, Keputusan “Sembuh” di Tangan ODHA

- Kamis, 3 Desember 2020 | 12:36 WIB

Global Solidarity, Shared Responsibility menjadi tema peringatan Hari AIDS Sedunia 2020. Menggugah kesadaran setiap elemen dan masyarakat untuk bisa ikut membantu orang dengan HIV/AIDS (ODHA) yang masih kesulitan.

 

M RIDHUAN, Balikpapan

 

DALAM peringatan Hari AIDS Sedunia 2020, Direktur Eksekutif United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS), Winnie Byanyima mengatakan, lebih 12 juta orang di seluruh dunia masih menunggu untuk mendapatkan pengobatan Human Immunodeficiency Virus (HIV). Selain itu, 1,7 juta orang terinfeksi HIV pada 2019 karena tidak dapat mengakses layanan kesehatan esensial.

Praktisi Kesehatan Rumah Sakit Pertamina Balikpapan (RSPB) dr Endang Soentoro menyebut, kasus HIV hingga kini seperti fenomena gunung es. Artinya di luar data yang dilaporkan, diduga masih banyak penderita HIV/AIDS yang belum sadar menjadi ODHA. Atau enggan berobat begitu tahu terinfeksi HIV. “Apalagi di masa Covid-19 tahun ini. Sepertinya HIV menjadi tertutupi karena fokus penanganan pandemi,” ujar Endang.

Karena itu, tema “Global Solidarity, Shared Responsibility atau Solidaritas Global, Tanggung Jawab Bersama” dipilih untuk menyadarkan masyarakat dan pemimpin. Untuk tetap bisa memerhatikan penyebaran HIV/AIDS dan tidak melupakan para ODHA yang lebih rentan di masa pandemi saat ini. “Apalagi stigma negatif di masyarakat masih belum hilang,” ucapnya.

Itu yang membuat banyak orang yang berada di kelompok risiko terpapar HIV enggan memeriksakan diri ke dokter atau rumah sakit. Padahal langkah itu penting untuk bisa segera menyelamatkan mereka yang memang terinfeksi HIV. Juga dalam proses memutus penularan virus.

“Mereka yang termasuk dalam kelompok risiko tinggi banyak yang masih enggan karena anggapan masyarakat masih memandang negatif para ODHA,” kata dia.

Memang, hingga kini ODHA masih dicap sebagai mereka yang lekat dengan perilaku tidak sehat dan menyimpang. Padahal tidak semua ODHA tertular karena kebiasaan buruk. Seperti anak yang tertular HIV dari ibu mereka yang positif saat proses persalinan atau menyusui.

Ada juga istri yang tertular dari suami mereka yang suka berganti-ganti pasangan. “Itu sebabnya banyak rekan dari Dinas Kesehatan atau kelompok sebaya ODHA yang jemput bola,” jelasnya.

Di RSPB memiliki tim HIV. Yang memang khusus menangani ODHA di klinik voluntary counseling and testing (VCT) dan care, support, and treatment (CST). Memberikan konseling dan memantau perkembangan pengobatan antiretroviral (ARV).

Disebut Endang, meski sudah dibantu dokter, pada akhirnya keputusan untuk konsisten menjalani terapi ARV berada di tangan pasien. “Karena ini sifatnya jangka panjang. Dan obat yang diberikan biasanya memberikan efek samping. Ini yang membuat beberapa kasus berhenti terapi,” sebutnya.

Efek samping biasanya muncul karena ODHA memiliki kondisi kesehatan tertentu. Itu sebabnya konsultasi ke dokter adalah hal yang penting. Agar dokter bisa memberikan resep ARV yang efektif disesuaikan kondisi pasien untuk meminimalisasi efek samping tersebut. Meski begitu, dengan perkembangan ARV, saat ini banyak efek samping yang berkurang.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X