PROKAL.CO,
BALIKPAPAN- Produksi minyak dan gas bumi (migas) saat ini dinilai tidak ekonomis. Terjunnya harga minyak dunia ditambah banyaknya sumur-sumur tua yang mendominasi hingga 70 persen jadi penyebab utama.
Direktur Asosiasi Perusahaan Migas Indonesia (Indonesian Petroleum Association/IPA) Ronald Gunawan mengatakan, saat ini perusahaan migas sudah melakukan efisiensi yang sangat ketat. Margin bahkan tipis sekali, mengingat harga minyak dunia berkisar di level USD 40 dolar per barelnya.
Perusahaan migas, menurutnya selalu memerhatikan tingkat keekonomian. Jika keekonomian masuk, maka pengusaha tentu akan melakukan produksi setinggi-tingginya. Namun, tidak semua aplikasi teknologi ekonomis.
“Saya sampaikan bahwa kita perlu review case by case, sehingga perlu ada radical change (perubahan radikal). Saya pakai kata radikal karena sekarang 70 persen produksi oil di Indonesia berasal dari lapangan yang sudah tua," ungkapnya dalam acara virtual bertajuk 2020 International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas, Rabu (2/12).
Sementara itu, di lapangan-lapangan tua perlu dilakukan enhanced oil recovery (EOR) untuk meningkatkan produksi dan juga menjaga produksi agar tidak turun. Akan tetapi, lanjutnya, tidak semua proyek EOR itu ekonomis.
"Water-flood (injeksi air) mungkin masih oke lah, tapi EOR kalau lihat di Indonesia dengan harga minyak sekarang sekitar USD 40 per barel itu enggak ada satu pun EOR project di Indonesia yang ekonomis. Dengan fiscal term yang sekarang, saya pikir ini PR kita bersama, bukan hanya pemerintah," jelasnya.