Didominasi Sumur Tua, Produksi Migas Tak Ekonomis

- Kamis, 3 Desember 2020 | 12:06 WIB
Virtual bertajuk 2020 International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas, Rabu (2/12).
Virtual bertajuk 2020 International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas, Rabu (2/12).

BALIKPAPAN- Produksi minyak dan gas bumi (migas) saat ini dinilai tidak ekonomis. Terjunnya harga minyak dunia ditambah banyaknya sumur-sumur tua yang mendominasi hingga 70 persen jadi penyebab utama.

Direktur Asosiasi Perusahaan Migas Indonesia (Indonesian Petroleum Association/IPA) Ronald Gunawan mengatakan, saat ini perusahaan migas sudah melakukan efisiensi yang sangat ketat. Margin bahkan tipis sekali, mengingat harga minyak dunia berkisar di level USD 40 dolar per barelnya.

Perusahaan migas, menurutnya selalu memerhatikan tingkat keekonomian. Jika keekonomian masuk, maka pengusaha tentu akan melakukan produksi setinggi-tingginya. Namun, tidak semua aplikasi teknologi ekonomis.

“Saya sampaikan bahwa kita perlu review case by case, sehingga perlu ada radical change (perubahan radikal). Saya pakai kata radikal karena sekarang 70 persen produksi oil di Indonesia berasal dari lapangan yang sudah tua," ungkapnya dalam acara virtual bertajuk 2020 International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas, Rabu (2/12).

Sementara itu, di lapangan-lapangan tua perlu dilakukan enhanced oil recovery (EOR) untuk meningkatkan produksi dan juga menjaga produksi agar tidak turun. Akan tetapi, lanjutnya, tidak semua proyek EOR itu ekonomis.

"Water-flood (injeksi air) mungkin masih oke lah, tapi EOR kalau lihat di Indonesia dengan harga minyak sekarang sekitar USD 40 per barel itu enggak ada satu pun EOR project di Indonesia yang ekonomis. Dengan fiscal term yang sekarang, saya pikir ini PR kita bersama, bukan hanya pemerintah," jelasnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, dalam melakukan proyek sudah diupayakan dengan ongkos yang seefisien mungkin. Ongkos ini menurutnya menjadi perhatian perusahaan minyak, karena berapa pun yang sudah dikeluarkan, maka diharapkan bisa menghasilkan keuntungan. "Bahwa margin oil company dengan kondisi sekarang itu makin kecil, jadi efisiensi itu one of the thing yang harus kita lakukan," ujarnya.

Seperti diketahui, pemerintah menargetkan produksi minyak 1 juta barel per hari (bph) pada 2030 mendatang. Namun ternyata sumur-sumur tua atau lapangan yang telah beroperasi saat ini masih menjadi andalan dalam mengejar target produksi tersebut.

Ketua Komisi VII DPR RI Sugeng Suparwoto mengatakan, industri migas sekarang benar-benar harus melakukan efisiensi. Karena harga minyak USD 40 per barel. “Wajar kegiatan eksplorasi tahun ini sangat minim, hanya 9 persen. Sisanya memanfaatkan sumur-sumur yang ada atau existing. Investasi hulu sangat mengkhawatirkan, marginnya kecil. Di sinilah peran negara untuk membantu perusahaan migas melakukan eksplorasi,” ujarnya. (aji/ndu/k15)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Di Berau Beli Pertalite Kini Pakai QR Code

Sabtu, 20 April 2024 | 15:45 WIB

Kutai Timur Pasok Pisang Rebus ke Jepang

Sabtu, 20 April 2024 | 15:15 WIB

Pengusaha Kuliner Dilema, Harga Bapok Makin Naik

Sabtu, 20 April 2024 | 15:00 WIB

Transaksi SPKLU Naik Lima Kali Lipat

Jumat, 19 April 2024 | 10:45 WIB

Pusat Data Tingkatkan Permintaan Kawasan Industri

Jumat, 19 April 2024 | 09:55 WIB

Suzuki Indonesia Recall 448 Unit Jimny 3-Door

Jumat, 19 April 2024 | 08:49 WIB

Libur Idulfitri Dongkrak Kinerja Kafe-Restoran

Kamis, 18 April 2024 | 10:30 WIB
X