Pandemi Kikis Investasi Asing di Kaltim

- Kamis, 3 Desember 2020 | 11:43 WIB

Investasi asing yang masuk ke Bumi Etam tahun ini kurang begitu menggembirakan.

BALIKPAPAN – Penyebaran virus corona sepanjang tahun ini membuat investor asing menahan rencana mereka menanamkan modalnya ke Bumi Etam. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kaltim mencatat realisasi investasi modal asing pada periode Januari sampai September hanya sebesar Rp 4,51 triliun. Turun jauh dari periode yang sama tahun lalu, sebesar Rp 7,56 triliun. Sementara itu, di kuartal III 2020 realisasi PMA hanya USD 33,45 juta setara Rp 481,61 miliar.

Pertambangan masih menjadi kontributor terbesar penanaman PMA, mencapai USD 29,08 juta (Rp 418,73 miliar) atau 20,81 persen. Disusul transportasi, gudang, dan komunikasi sebesar USD 24,82 juta (Rp 357,42 miliar) atau 17,76 persen. Secara keseluruhan, terdapat sekitar 17 subsektor usaha yang berkontribusi terhadap nilai investasi PMA.

Dari sisi penyerapan tenaga kerja, terdistribusi pada subsektor tanaman pangan dan perkebunan menjadi penyerap tenaga kerja Indonesia paling banyak. Yaitu 861 orang atau 84,58 persen dari total jumlah tenaga kerja Indonesia yang terserap melalui tambahan investasi PMA. Pada subsektor ini juga menyerap tenaga kerja asing sebanyak lima orang atau 13,16 persen dari seluruh tenaga kerja asing yang terserap.

Selanjutnya, subsektor pertambangan menyerap tenaga kerja Indonesia sebanyak 59 orang atau 5,80 persen dan tenaga kerja asing sebanyak 21 orang atau 55,26 persen dari serapan seluruh tenaga kerja pada subsektor ini.

Sektor lain yang juga menyerap tenaga kerja Indonesia adalah subsektor industri makanan dengan serapan tenaga kerja Indonesia sebanyak 36 orang atau mencapai 3,54 persen dari total jumlah tenaga kerja Indonesia yang terserap dan dari seluruh tenaga kerja asing yang terserap sebanyak 2 orang atau 5,26 persen tenaga kerja asing pada subsektor ini.

Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Balikpapan Yaser Arafat menilai penurunan investasi asing tahun ini sangat wajar. Pasalnya, sampai saat ini Kaltim atau Indonesia belum bisa menanggulangi Covid-19 dengan baik.

“Hal itu menjadi nilai negatif bagi investor asing. Mereka pasti enggan masuk karena melihat penanganan Covid-19 suatu negara belum membaik. Apalagi kondisi global juga tak pasti, jadi kepercayaan investor masih menurun,” bebernya.

Sementara itu, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan, salah satu upaya yang gencar dilakukan pihaknya untuk meningkatkan realisasi investasi adalah menuntaskan permasalahan investasi mangkrak. Sepanjang semester I 2020, BKPM telah menuntaskan 58 persen investasi mangkrak senilai Rp 410 triliun dari total Rp 708 triliun.

Investasi mangkrak tersebut berasal dari 11 perusahaan yang selama ini mengalami kendala dalam merealisasikan investasinya. Tiga perusahaan dengan nilai investasi terbesar yang berhasil difasilitasi oleh BKPM antara lain Rosnef Rp 211,9 triliun, Lotte Chemical Rp 61,2 triliun dan PT Vale Indonesia Tbk Rp 39,2 triliun.

Menurut Bahlil, ada tiga penyebab investasi mangkrak, yaitu arogansi sektoral, adanya aturan yang tumpang tindih, dan permasalahan di lapangan terkait dengan lahan. Dengan pendekatan yang dilakukan BKPM, investasi yang mangkrak akhirnya dapat diselesaikan.

Di tengah ancaman pandemi Covid-19 dengan banyak tantangan, BKPM terus melakukan pengawalan investasi sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo. Hal itu, terutama untuk mendorong masuknya investasi asing dan menyelesaikan investasi mangkrak.

BKPM telah menyiapkan strategi untuk menjaga iklim investasi ditengah pandemi Covid-19. Ada empat strategi yang dibuat BKPM, yaitu memfasilitasi perusahaan existing yang sudah beroperasi, memfasilitasi potensi perusahaan existing yang belum tereksekusi, mendatangkan investasi baru, dan memberikan insentif bagi perusahaan existing yang melakukan ekspansi.

Bahlil juga menegaskan bahwa investasi merupakan motor utama penggerak pertumbuhan ekonomi. Terutama di tengah kondisi pandemi seperti saat ini di mana konsumsi masyarakat yang menjadi kontributor utama produk domestik bruto (PDB) Indonesia sedang melemah. (aji/ndu/k15)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB

Di Berau Beli Pertalite Kini Pakai QR Code

Sabtu, 20 April 2024 | 15:45 WIB

Kutai Timur Pasok Pisang Rebus ke Jepang

Sabtu, 20 April 2024 | 15:15 WIB

Pengusaha Kuliner Dilema, Harga Bapok Makin Naik

Sabtu, 20 April 2024 | 15:00 WIB
X