Mudah Akses Obat, Ingatkan ODHA Tidak “Menghilang”

- Kamis, 3 Desember 2020 | 11:10 WIB
BERI EDUKASI: Sunarto Ang, dokter yang bertugas di Klinik VCT dan CST RSUD AWS Samarinda. FOTO DOKUMEN PRIBADI
BERI EDUKASI: Sunarto Ang, dokter yang bertugas di Klinik VCT dan CST RSUD AWS Samarinda. FOTO DOKUMEN PRIBADI

Dengan ARV, kualitas hidup orang dengan HIV/AIDS (ODHA) sudah sama dengan orang normal pada umumnya. Konsistensi menjalani pengobatan menjadi kunci.

 

M RIDHUAN, Balikpapan

 

PARA pakar dunia memperkirakan. Pada 2030, infeksi human immunodeficiency virus (HIV) bukan lagi menjadi masalah kesehatan yang penting. Kerja sama yang dilakukan banyak negara dan komitmen pemerintah termasuk Indonesia disebut menjadi basis cepatnya penanggulangan penyebaran virus.

Dokter Penanggung Jawab Klinik Pengobatan, Dukungan dan Perawatan (PDP) Klinik Voluntary Counseling and Testing (VCT) dan Central Standard Time (CST) RSUD Abdoel Wahab Sjahranie (AWS) Samarinda dr Sunarto Ang menjelaskan, kebijakan yang paling signifikan dalam menekan penyebaran virus dan tingkat kematian ODHA adalah dalam pemberian pengobatan antiretroviral (ARV).

“Sekitar 15 tahun lalu ketika saya masih belajar di WHO (World Health Organization), pasien HIV baru bisa diberikan obat ketika kondisinya sudah memburuk,” ungkap Sunarto, Senin (30/11).

Namun, WHO sudah mengubah kebijakan tersebut. Dan dengan kemampuan Pemerintah Indonesia menyediakan obat ARV, dokter yang menangani pasien dengan infeksi HIV dibolehkan memberikan obat sedini mungkin. Begitu seseorang divonis sebagai ODHA. “Tentu harus dengan menjalani konseling dulu,” katanya.

Konseling menjadi bagian penting. Pasalnya, terapi ARV adalah pengobatan seumur hidup. Artinya, ODHA tidak boleh lepas dari konsumsi ARV yang diberikan dokter. Jika tidak, konsekuensinya bisa fatal. ODHA akan kembali menjalani proses pengobatan dari awal dengan kondisi yang lebih berat.

“Kepatuhan minum obat adalah hal mutlak dilaksanakan. Seumur hidup ODHA,” ujarnya. “ODHA yang terapi ARV sistem imunnya sudah seperti orang normal. Jadi potensinya sama seperti orang normal. Beda dengan yang tidak terapi,” sambungnya.

Disebut Sunarto, dokter di Indonesia punya komitmen tinggi agar pengobatan ARV itu bisa menjangkau semua ODHA. Pendekatan fast track 90-90-90 adalah hal yang dikejar. Mendeteksi orang yang terinfeksi pada 90 persen orang yang diperkirakan terinfeksi. Memberikan terapi ARV dini pada 90 persen orang yang terinfeksi, serta mampu mencapai keadaan virus tak terdeteksi pada 90 persen orang yang minum ARV. “Pendekatan fast track ini diharapkan dapat menurunkan angka infeksi baru HIV secara signifikan,” jelasnya.

Dalam hal pengobatan, dokter memang punya komitmen. Namun, kembali lagi kepada masyarakat. Utamanya kepada mereka yang termasuk kelompok dengan risiko tinggi tertular HIV. Diperlukan kesadaran untuk datang memeriksakan diri ke rumah sakit rujukan untuk HIV/AIDS. “Dan bagi ODHA komitmen menjalani pengobatan. Karena beberapa kasus ODHA, justru tidak diketahui rimbanya,” sebut dia.

Tracing kepada ODHA yang “menghilang” itu sangat penting dilakukan. Karena berpotensi menambah penyebaran virus. Biasanya, dokter mengandalkan kelompok dukungan sebaya ODHA. Yang dimotori oleh ODHA yang punya jiwa sosial yang tinggi untuk melakukan pencarian ini. Di RSUD AWS sendiri mengandalkan Mahakam Plus membantu mencari ODHA yang lost contact.

“Kelompok dukungan sebaya ODHA itu yang biasanya membantu mencari, menyadarkan dan membawa kembali ODHA yang berhenti menjalani pengobatan ARV untuk melanjutkan terapi,” ucapnya. 

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X