Sempat Dihantam Pandemi, Kontribusi UMKM Perlahan Membaik dan Perlu Insentif yang Cukup

- Selasa, 1 Desember 2020 | 12:27 WIB
ilustrasi
ilustrasi

Sempat mengalami penurunan penjualan hingga 90,10 persen pada April lalu, kini kinerja usaha mikro kecil, dan menengah (UMKM) terus mengalami perbaikan.

 

SAMARINDA – Survei Bank Indonesia (BI) kepada pelaku UMKM dalam lima periode berbeda menunjukkan kondisi UMKM mengalami tren perbaikan penjualan. Namun, masih banyak UMKM Kaltim yang masih terdampak Covid-19 dan perlu insentif segera dalam jumlah yang cukup agar dapat dipercepat pemulihannya.

“Kinerja UMKM harus terus digenjot. Meski bergerak di sektor kecil, tapi UMKM menyerap banyak tenaga kerja yang berpotensi memperbaiki penghasilan masyarakat,” jelas Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw-BI) Kaltim Tutuk SH Cahyono, Minggu (29/11).

Menurutnya, selain mampu menyerap banyak tenaga kerja, UMKM memiliki keberagaman sektor sehingga bisa menjadi kantong-kantong baru dalam berkontribusi terhadap ekonomi. Saat ini, kinerja UMKM terus membaik, meski masih mengalami penurunan. Namun, penurunannya sudah tidak sedalam pada April saat awal pandemi.

Survei tahap awal, pada April tercatat 90,10 persen UMKM mengalami penurunan penjualan. 47,40 persen UMKM melakukan penurunan harga jual, 59,60 persen UMKM mengalami penurunan pasokan bahan baku, 49,20 persen melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK), dan 80,20 persen UMKM mengalami kesulitan melakukan pembayaran cicilan.

Survei tahap kedua, pada Juni tercatat hanya tersisa 82,48 persen UMKM yang mengalami penurunan penjualan, 51,82 persen melakukan penurunan harga jual, 54,01 persen UMKM mengalami penurunan pasokan bahan baku, dan tersisa 45,26 persen yang melakukan PHK. Selanjutnya, 72,62 persen kesulitan melakukan pembayaran cicilan.

“Sampai Juni sudah terlihat perbaikan, meskipun masih mengalami penurunan tapi tak sebanyak tahap awal,” jelasnya.

Selanjutnya pada tahap ketiga, pada Agustus tercatat hanya tersisa 65,54 persen UMKM yang mengalami penurunan penjualan, 37,16 persen melakukan penurunan harga jual, 38,51 persen UMKM mengalami penurunan pasokan bahan baku, dan tersisa 39,19 persen UMKM yang melakukan PHK. Selanjutnya 68,54 persen UMKM kesulitan melakukan pembayaran cicilan.

Survei tahap empat, pada Oktober tercatat 52,49 persen UMKM mengalami penurunan penjualan, 27,15 persen UMKM melakukan penurunan harga jual, 34,84 persen UMKM mengalami penurunan pasokan bahan baku, 23,08 persen melakukan PHK, dan 28,05 persen UMKM mengalami kesulitan melakukan pembayaran cicilan.

“Sampai Oktober perbaikan terus terjadi, tak sebanyak pada tahap awal jumlah UMKM yang mengalami penurunan penjualan hingga melakukan PHK terus berkurang,” tuturnya.

Selanjutnya, survei tahap kelima, pada November tercatat 42,07 persen UMKM mengalami penurunan penjualan, 21,95 persen UMKM melakukan penurunan harga jual, 29,88 persen UMKM mengalami penurunan pasokan bahan baku, 22,56 persen melakukan PHK, dan 18,29 persen UMKM mengalami kesulitan melakukan pembayaran cicilan.

“Dari kinerja yang terus membaik ini kita berharap UMKM bisa terus berkontribusi pada perekonomian, apalagi UMKM bisa menyerap banyak tenaga kerja yang nantinya bisa menumbuhkan kemampuan masyarakat secara ekonomi. Sehingga, efeknya kepada ekonomi bisa semakin luas,” pungkasnya. (pro/)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Transaksi SPKLU Naik Lima Kali Lipat

Jumat, 19 April 2024 | 10:45 WIB

Pusat Data Tingkatkan Permintaan Kawasan Industri

Jumat, 19 April 2024 | 09:55 WIB

Suzuki Indonesia Recall 448 Unit Jimny 3-Door

Jumat, 19 April 2024 | 08:49 WIB

Libur Idulfitri Dongkrak Kinerja Kafe-Restoran

Kamis, 18 April 2024 | 10:30 WIB

Harga CPO Naik Ikut Mengerek Sawit

Kamis, 18 April 2024 | 07:55 WIB

Anggaran Subsidi BBM Terancam Bengkak

Selasa, 16 April 2024 | 18:30 WIB

Pasokan Gas Melon Ditambah 14,4 Juta Tabung

Selasa, 16 April 2024 | 17:25 WIB

Harga Emas Melonjak

Selasa, 16 April 2024 | 16:25 WIB
X