Stop Eksploitasi Hutan, Delta Mahakam hingga Mangrove, Calon Ibu Kota Negara Terancam Krisis Air

- Senin, 30 November 2020 | 10:59 WIB
Kawasan IKN. Dari Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), potensi sumber air baku di daerah tersebut sangat minim, sehingga Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengusulkan sistem pemanenan air hujan atau rainwater harvesting. Dibutuhkan infrastruktur tampungan air untuk mencegah kekurangan air di kemudian hari.
Kawasan IKN. Dari Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), potensi sumber air baku di daerah tersebut sangat minim, sehingga Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengusulkan sistem pemanenan air hujan atau rainwater harvesting. Dibutuhkan infrastruktur tampungan air untuk mencegah kekurangan air di kemudian hari.

Jaringan drainase terintegrasi yang dapat menampung curah hujan tinggi saat musim hujan diharapkan jadi solusi mengantisipasi defisit air baku di IKN baru.

BALIKPAPAN-Calon lokasi ibu kota negara baru (IKN) di Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), terancam krisis sumber air baku. Dari Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), potensi sumber air baku di daerah tersebut sangat minim, sehingga Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengusulkan sistem pemanenan air hujan atau rainwater harvesting. Dibutuhkan infrastruktur tampungan air untuk mencegah kekurangan air di kemudian hari.

Wilayah IKN baru yang dicanangkan berada di sebagian wilayah Kabupaten PPU dan Kutai Kartanegara (Kukar), sebenarnya dikelilingi 38 daerah aliran sungai (DAS). Hanya, area tangkapannya kecil. Sebab, kebanyakan merupakan sungai pasang surut. Serta morfologi yang berbukit-bukit dengan curah hujan tinggi, menyebabkan harus dilakukan pengelolaan hulu-hilir secara integratif. Wakil Menteri LHK Alue Dohong mengungkapkan, melihat kondisi tersebut, penting untuk menginisiasi rain water harvesting di IKN baru. Melalui pembangunan sistem jaringan drainase yang dapat menampung curah hujan yang tinggi saat musim hujan.

“Sebagai air baku,” kata dia dalam webinar nasional Eco Infrastructure Festival bertema “New Capital City for New Smart Generation”, Minggu (29/11). Lanjut dia, membangun jaringan ruang terbuka berbasis air (blue space) juga perlu dilakukan. Yang berfungsi menjaga tata air dan mencegah longsor dan banjir. Di mana nantinya ada banyak sungai, danau, embung, waduk, teluk, termasuk infrastruktur tampungan air lainnya. Salah satu infrastruktur tampungan air itu adalah sistem jaringan rain water harvesting.

“Kalau di luar negeri, Australia dan Amerika Serikat sudah menerapkan itu. Bagaimana drainase terintegrasi sekaligus menampung curah hujan yang tinggi. Untuk disalurkan ke giant tanks atau water tanks sebagai bahan baku air ke depan,” ungkapnya.  Tokoh Dayak ini melanjutkan, dengan adanya sistem rain water harvesting, air hujan yang turun tidak terbuang percuma. Apalagi di saat memasuki musim hujan seperti saat ini. “Misalnya kalau di Jakarta, kita mengeluh hujan karena banjir. Karena itu air tawar yang terbuang percuma. Kalau kita bangun rainfall harvesting masuk ke super giant tanks adalah bahan baku air yang lebih murah,” imbuh mantan deputi Bidang Konstruksi dan Pemeliharaan Badan Restorasi Gambut (BRG) ini.

Dengan demikian, ada potensi air tawar yang sangat besar untuk dimanfaatkan. Tetapi banyak kendala yang merintanginya, sehingga perlu dipikirkan perencanaan mengenai pengelolaan sumber air tersebut, agar pemanfaatan air pada calon IKN bisa lebih efektif dan tidak boros. Menurutnya, tidak hanya Kaltim, tapi seluruh Kalimantan adalah buffer zone air. Karena wilayahnya merupakan tutupan hutan. “Kita harus jaga, dan tidak boleh dieksploitasi supaya airnya tetap dapat terjamin ketersediaan ke depan. Jadi, ruang hutan di utara, termasuk di selatan, delta Mahakam ada mangrove sangat penting karena dia buffer dari intrusi air laut,” katanya.

Di momen yang sama, Direktur Penataan Bangunan, Ditjen Cipta Karya Kementerian PUPR Diana Kusumastuti mengatakan, konsep rencana penyediaan sumber air baku akan dibangun pada Kawasan Perluasan IKN (KPIKN). Dengan membangun beberapa bendungan. Seperti Bendungan Batu Lepek, Bendungan Selamayu, Bendungan Safiak, Bendungan Beruas, dan Bendungan Sepaku-Semoi. “Untuk penyediaan air yang ada di sana (calon IKN),” ungkap dia. Selain itu, Kementerian PUPR menyusun perencanaan mengenai sumber air lainnya, dengan mempertimbangkan potensi water catchment atau tangkapan air yang ada di kawasan calon IKN. Area tangkapan air yang tersedia akan terintegrasi dengan tampungan air melalui mekanisme filtrasi alami. “Bagaimana utilitasnya mesti kita perhatikan dan potensi tangkapan airnya,” jelasnya.

Berdasarkan riset tentang Daya Dukung Air Baku di calon ibu kota negara baru di Kaltim, guru besar bidang Ilmu Manajemen dan Rekayasa Sumber Daya Air, Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, Prof Pitojo Tri Juwono memaparkan, kesuksesan dan kelangsungan pemindahan IKN ke Kaltim salah satunya ditentukan oleh daya dukung sumber daya air yang mencukupi. Diterangkan, terdapat 800-an ribu ASN pemerintah pusat yang diprediksi akan pindah dari Jakarta ke Kaltim sebagai dampak langsung berpindahnya pusat pemerintahan negara.

Hal ini berimplikasi pada layanan air baku dari sisi ketersediaan secara kuantitas dan kualitas, kontinuitas serta keterjangkauan. Ketersediaan sumber air baku yang potensial dimanfaatkan adalah air permukaan maupun air tanah. Menurutnya, dari kajian dan penelitian yang telah dilakukan, ketersediaan air tanah ibu kota negara baru sangat tidak memungkinkan dalam pemenuhan kebutuhan air baku. Dalam laporan Prof Pitojo, ketersediaan air baku eksisting saat ini disuplai dari Bendungan Manggar (1.200 liter per detik, Bendungan Teritip (liter per detik), air baku Loa Kulu (liter per detik), dan intake Kalhol (Sungai Mahakam) dengan kapasitas 1.000 liter per detik.

Total ketersediaan air baku eksisting saat ini sebesar 2,56 meter kubik per detik. Berdasarkan analisis neraca air, dengan ketersediaan eksisting saat ini sebesar 2,56 meter kubik per detik, dan hasil perhitungan kebutuhan air akibat peningkatan penduduk sampai dengan 5 juta orang di IKN baru sebesar 10,94 meter kubik per detik, maka terdapat defisit kekurangan ketersediaan air sebesar 8,38 meter kubik per detik. Sebuah nilai debit yang cukup signifikan yang harus dipenuhi. (kip/riz2/k16)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X