PROKAL.CO,
JAKARTA - Realisasi penjualan batubara Indonesia dipastikan bakal mendapatkan rapor hijau dalam waktu tiga tahun mendatang. Hal itu menyusul komitmen para importir Tiongkok yang menyetujui pembelian batubara Indonesia sebesar USD 1,46 miliar atau setara Rp 20,6 triliun dan tertuang dalam perjanjian kerja sama antara Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI-ICMA) dengan CCTDA (China Coal Transportation and Distribution).
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Agung Pribadi mengungkapkan, hasil kesepakatan akan mendongkrak nilai batubara yang sempat mengalami kelesuan di tengah pandemi Covid-19. “Saya optimis komoditas batubara akan kembali bergairah menyusul adanya kerja sama ini. Sebuah momen positif untuk mengembalikan realisasi produksi sesuai dengan proyeksi yang ditetapkan,” ungkap Agung.
Dia menguraikan, kerja sama itu berawal dari hasil kunjungan kerja pemerintah Indonesia ke Tiongkok yang diwakili oleh Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi beberapa bulan lalu. “Upaya ini merupakan langkah konkret pemerintah RI dan RRT dalam merayakan 70 tahun hubungan diplomatik kedua negara,” jelasnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif APBI Hendra Sinadia menyebut, kesepakatan penjualan batubara Indonesia ke Tingkok akan meningkatkan volume perdagangan. “Nilai kesepakatan antara perusahaan-perusahaan yang hadir pada saat penandatanganan kerjasama adalah senilai USD 1,46 miliar. Ini merupakan bagian dari kesepakatan untuk meningkatkan kerjasama anatara kedua negara untuk mencapai volume perdagangan 200 juta ton di tahun 2021,” kata Hendra.
Selain menyepakati kebijakan ekspor jangka panjang, lanjut Hendra, kerja sama itu juga memfasilitasi para produsen batubara di Indonesia dengan pihak pembeli di RRT. Kerja sama itu juga diyakini akan meningkatkan perdagangan bilateral kedua negara.
Agung melanjutkan, saat ini pemerintah Indonesia juga sedang menggalakkan program hilirisasi. Hal itu merupakan langkah maju untuk membantu perekonomian dan mendorong energi hijau. “Kebijakan hilirisasi batubara ini dapat dimanfaatkan sebagai peluang investasi bagi investor dari Tiongkok yang dikenal sudah sangat maju dalam penguasaan teknologi pengolahan batubara termasuk gasifikasi,” tegas Agung.