Sektor Usaha Masih Tertekan

- Sabtu, 28 November 2020 | 12:43 WIB

JAKARTA– Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merilis kondisi terkini sektor jasa keuangan. Pertumbuhan kredit selama Oktober terkontraksi sebesar minus 0,47 persen year-on-year (yoy). Tekanan ekonomi akibat persebaran virus SARS-CoV-2 masih sangat terasa.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyatakan, lesunya pertumbuhan kredit tersebut mengindikasikan permintaan kredit perbankan yang masih rendah. Dari sisi permintaan, perekonomian belum pulih meski mobilitas masyarakat membaik. ”Konsumen masih menahan belanja. Sehingga, sisi produksi belum menunjukkan peningkatan kapasitas yang signifikan,” katanya (26/11).

Sejauh ini, penyerapan anggaran pemulihan ekonomi nasional (PEN) sudah lebih dari 50 persen. Itu tersalurkan untuk belanja program perlindungan sosial, pembiayaan UMKM, serta dukungan sektoral atau pemerintah daerah (pemda).

Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) masih terus berusaha meminimalkan cost of fund perbankan dengan menurunkan suku bunga Bank Indonesia 7-Day (Reverse) Repo Rate (BI7DRR). Tren penurunan suku bunga perbankan tersebut juga direspons Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang menurunkan suku bunga penjaminan.

”Ke depan, masuknya fase pemulihan atau ekspansi pada siklus kredit perbankan akan sangat dipengaruhi pemulihan ekonomi nasional,” terang Josua.

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso melaporkan bahwa perbankan mencatatkan kredit baru sebesar Rp 130,92 triliun. Namun, tingginya pelunasan dan hapus buku oleh perbankan untuk memitigasi risiko juga mengakibatkan pertumbuhan kredit terkontraksi. Kontraksi kredit tersebut terjadi karena menurunnya kredit modal kerja. ”Dampak masih tertekannya permintaan pada sektor usaha,” terangnya.

OJK berkomitmen mendorong fungsi intermediasi perbankan pada beberapa sektor usaha yang mulai pulih. Di antaranya, sektor asuransi dan dana pensiun, jasa penunjang perantara keuangan, industri kimia, farmasi, dan obat tradisional.

Data Oktober menunjukkan bahwa dana pihak ketiga (DPK) tumbuh pada level tinggi. Yakni, sebesar 12,12 persen yoy. Kenaikan tersebut didorong pertumbuhan DPK bank BUKU IV yang mencapai 13,79 persen yoy. (han/c12/hep) 

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X