Faisal memerinci, pada kuartal I 2021, pertumbuhan ekonomi diproyeksi masih minus 0,7 persen. Pertumbuhan ekonomi baru kembali positif sebesar 1,4 persen pada kuartal II. ”Virus ini akan mencapai puncak pada Januari–Februari. Barangkali puncak gelombang pertama,” imbuhnya.
Dia juga menyoroti jumlah testing di Indonesia yang rendah. Jika dihitung dari data populasi, saat ini perbandingannya baru sekitar 2.000 per 1 juta penduduk. Karena itulah, menurut Faisal, pemerintah harus lebih serius dalam menangani pandemi. Sebab, itu menjadi kunci utama pemulihan ekonomi nasional.
Indonesia, lanjut Faisal, semestinya juga tidak bergantung pada investasi asing. Sebab, berinvestasi pada masa pandemi seperti ini jelas bukan hal yang mudah. ”Sepanjang masa, peranan investasi asing di negara kita lebih kecil dari 10 persen. Bukan berarti antiasing, melainkan kita nggak pernah relies heavily on foreign direct investment,’’ tegasnya.
Faisal justru mengimbau pemerintah untuk mengoptimalkan fungsi perbankan. Khususnya dalam menyalurkan kredit untuk masyarakat. ”Jangan dibalik-balik. Ayo kita dorong kredit perbankan naik terus. Ini yang mendorong ekonomi kita selama ini,” tandasnya. (agf/dee/c12/hep)