Daya Beli Tentukan Pemulihan Ekonomi

- Sabtu, 28 November 2020 | 12:18 WIB
Kunci memulihkan daya beli adalah menciptakan lapangan pekerjaan.
Kunci memulihkan daya beli adalah menciptakan lapangan pekerjaan.

JAKARTA– Perekonomian negara-negara di kawasan Asia Timur, termasuk Indonesia, diramalkan pulih pada 2021. International Monetary Fund (IMF) optimistis, pemulihan ekonomi serentak terjadi di banyak negara. Namun, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) terkuat akan terjadi di Asia Timur dan Asia Pasifik.

Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Shinta Widjaja Kamdani menyatakan bahwa UNCTAD dan WTO meyakini arus foreign direct investment (FDI) akan membaik. Demikian juga dengan volume perdagangan pasar global. Namun, semuanya akan bergantung pada mampu tidaknya pemerintah mengatasi pandemi Covid-19. Terutama di negara-negara Asia Timur dan Asia Pasifik.

”Pada 2021, akan terjadi pemulihan arus FDI tingkat global. Kisarannya mencapai USD 1,2 triliun (sekitar Rp 16.935 triliun) hingga 2022,” ujar Shinta dalam diskusi virtual (26/11). Kini tantangan terbesar untuk menuju pemulihan ekonomi adalah mengembalikan daya beli masyarakat yang lumpuh akibat pandemi.

Menurut Shinta, kunci memulihkan daya beli adalah menciptakan lapangan pekerjaan. ”Indonesia harus menciptakan lebih dari 3 juta lapangan kerja untuk mengembalikan daya beli dan konsumsi,” paparnya.

Shinta menyatakan, membaiknya konsumsi masyarakat akan langsung berdampak pada percepatan pertumbuhan ekonomi. Sayang, pandemi melahirkan angkatan pengangguran baru akibat pemutusan hubungan kerja (PHK). Mengutip data Kementerian Ketenagakerjaan, ada penambahan 3 juta pengangguran akibat Covid-19. Dengan demikian, total pengangguran saat ini mencapai 9,77 juta orang atau 7 persen pada Agustus lalu.

Sementara itu, Ekonom Senior Indef Faisal Basri memproyeksi bahwa hingga kuartal I 2021, ekonomi masih berada pada zona negatif. Perekonomian baru akan kembali ke zona positif pada kuartal II tahun depan. ”Saya perkirakan ekonomi akan kontraksi relatif lebih lama dari negara peer. Jadi, kita baru positif growth di kuartal II tahun depan,” ujarnya.

Faisal memerinci, pada kuartal I 2021, pertumbuhan ekonomi diproyeksi masih minus 0,7 persen. Pertumbuhan ekonomi baru kembali positif sebesar 1,4 persen pada kuartal II. ”Virus ini akan mencapai puncak pada Januari–Februari. Barangkali puncak gelombang pertama,” imbuhnya.

Dia juga menyoroti jumlah testing di Indonesia yang rendah. Jika dihitung dari data populasi, saat ini perbandingannya baru sekitar 2.000 per 1 juta penduduk. Karena itulah, menurut Faisal, pemerintah harus lebih serius dalam menangani pandemi. Sebab, itu menjadi kunci utama pemulihan ekonomi nasional.

Indonesia, lanjut Faisal, semestinya juga tidak bergantung pada investasi asing. Sebab, berinvestasi pada masa pandemi seperti ini jelas bukan hal yang mudah. ”Sepanjang masa, peranan investasi asing di negara kita lebih kecil dari 10 persen. Bukan berarti antiasing, melainkan kita nggak pernah relies heavily on foreign direct investment,’’ tegasnya.

Faisal justru mengimbau pemerintah untuk mengoptimalkan fungsi perbankan. Khususnya dalam menyalurkan kredit untuk masyarakat. ”Jangan dibalik-balik. Ayo kita dorong kredit perbankan naik terus. Ini yang mendorong ekonomi kita selama ini,” tandasnya. (agf/dee/c12/hep)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Ekonomi Bulungan Tumbuh 4,60 Persen

Kamis, 28 Maret 2024 | 13:30 WIB

2024 Konsumsi Minyak Sawit Diprediksi Meningkat

Selasa, 26 Maret 2024 | 12:21 WIB
X