Sebanyak 91 Persen Karyawan Dirumahkan Tak Ikut Prakerja

- Sabtu, 28 November 2020 | 12:10 WIB

JAKARTA– Sedianya pemerintah menggulirkan program kartu Prakerja untuk membantu para pekerja yang terkena PHK di tengah pandemi Covid-19. Tetapi ternyata 91 persen pekerja yang dirumahkan tidak ikut program bernilai Rp 20 triliunan itu.

Data tersebut merupakan hasil survei yang dilakukan lembaga riset Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas). Survei dengan 436 responden itu tersebar di 12 provinsi. Seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Sebanyak 204 responden atau sekitar 59 persen responden adalah pekerja atau karyawan. Sisanya 142 responden (41 persen) adalah wirausahawan. Peneliti Ideas Ahsin Aligory mengatakan ada temuan menarik dalm survei mereka. ’’Yaitu 91 persen pekerja atau karyawan yang dirumahkan tidak mendaftar program prakerja,’’ katanya.

 Kondisi tersebut menurut Ahsin sangat kontradiksi. Sebab program Prakerja salah satu targetnya adalah untuk membantu pekerja yang dirumahkan atau terkena PHK. Meskipun dalam program Prakerja karyawan yang masih bekerja tidak dilarang untuk ikut mendaftar.

Lantas apakah penyebab para pekerja yang dirumahkan itu tidak ikut program kartu Prakerja? ’’Karena mereka tidak mengetahui inforamsi terkait Prakerja,’’ katanya.  Kondisi ini disebabkan sosialisasi yang minim. Alasan lainnya adalah mereka menganggap pelatihan yang ditawarkan sangat dasar. Dan dapat diikuti dengan gampang dan cuma-cuma di internet. Selain itu mereka belum siap berwirausaha atau bekerja mandiri. Mereka masih berharap untuk bisa bekerja sebagai karyawan.

Ahsin juga menyoroti soal topik pelatihan di program Prakerja. Menurut dia topik yang ditawarkan tergolong dasar. ’’Bisa didapatkan secara cuma-cuma di dunia maya,’’ katanya. Seperti pelatihan bahasa Inggris dasar, administrasi dan sekretaris, teknik menjuala papun, dan sukses bisnis online shop.

Kemudian topik soal menjadi content creator di YouTube, sukses jadi barista dan membuka warung kopi, hingga teknik melamar pekerjaan dan menghadapi wawancara kerja. Dia lantas membandingkan dengan kurikulum di Balai Latihan Kerja (BLK).

Menurut dia kurikulum di BLK memiliki desain pelatihan berbasis kompetensi. Bahkan BLK kini semakin berspesialisasi pada jenis keterampilan kerja yang spesifik. Contohnya Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja (BBPLK) Bekasi yang fokus sebagai pusat kejuruan elektronika dan teknologi informasi. Kemudian BBPLK Medan di bidang pariwisata dan BBPLK Semarang pusat kejuruan fashion atau garmen.

Di sisi lain, survei angkatan kerja nasional (sakernas) Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, mayoritas masyarakat yang mengikuti program kartu prakerja beralasan untuk meningkatkan ketrampilan kerja. Sebanyak 48 persen dari penduduk usia 18 tahun ke atas menyatakan itu. Sedangkan, 27 persen peserta kartu prakerja lainnya mengaku mencari insentif.

“Insentif itu umumnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ada juga yang memilih ditabung dan digunakan sebagai modal usaha,” papar Kepala BPS Suhariyanto. BPS juga mencatat, penerima kartu prakerja didominasi laki-laki mencapai 58 persen. Rata-rata mereka tinggal di perkotaan dan berpendidikan SMA ke atas. Paling banyak berasal dari Jawa Barat dengan 16 persen, DKI Jakarta 10 persen, dan Jawa Timur dengan 9,8 persen.

"Selain memberikan informasi keberhasilan program Kartu Prakerja, survei ini menggarisbawahi pentingnya upaya penyebaran informasi yang lebih masif di Indonesia Timur, khususnya Papua dan Papua Barat," ujarnya.

Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menuturkan, hasil sakernas sangat penting sebagai bahan evaluasi program kartu prakerja. Melengkapi tiga survei yang sudah dilakukan oleh manajemen pelaksana sebelumnya setiap bulan. Survei evaluasi pertama diikuti oleh 2,4 juta peserta, survei kedua dengan 293 ribu peserta, dan survei ketiga masih berlangsung saat ini.

Hasil survei tersebut mencatat, 81 persen peserta belum pernah mendapatkan pelatihan atau kursus sebelumnya. Lebih dari 84 persen menyatakan pelatihan Prakerja meningkatkan kompetensi, baik skilling, reskilling maupun upskilling.

"Jadi sakernas ini mengonfirmasi dampak positif program prakerja dalam meningkatkan keterampilan kerja," ungkapnya. (wan/han)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X