Jelang semester genap pada tahun akademik 2020/2021, kegiatan belajar-mengajar (KBM) tatap muka akan kembali berjalan. Rencananya, para peserta didik bisa kembali ke sekolah pada Januari 2021 mendatang.
SAMARINDA–Keputusan untuk kembali menerapkan pembelajaran secara langsung itu mengemuka setelah mendapatkan "lampu hijau" dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Jumat (20/11) lalu, setelah ada kesepakatan bersama empat menteri.
Namun, tetap mengutamakan protokol kesehatan (prokes). Pembukaan sekolah juga berdasarkan keputusan pemerintah daerah (pemda), komite sekolah, dan izin dari orangtua atau wali murid.
Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Samarinda Asli Nuryadin menuturkan, pendataan pernyataan orangtua tentang KBM tatap muka kini sedang berjalan. Meski sekolah dibuka, belajar via daring masih menjadi "senjata kedua" dalam semester genap mendatang. Orangtua atau wali murid yang masih khawatir dengan tatap muka, dan tidak mengizinkan anaknya ke sekolah, masih diperkenankan pembelajaran dalam jaringan (daring).
Untuk skemanya, setiap ruang kelas hanya diisi maksimal 18 murid, atau setengah dari jumlah murid. Sisanya akan melaksanakan belajar secara bergantian. Seluruh teknis jadwal pembelajaran nantinya diserahkan ke masing-masing sekolah. "Nanti gantian. Kalau hari ini kelas A turun, besoknya kelas B. Bisa juga turunnya tiga hari berturut-turut, atau selang-seling. Tapi kalau saya bagusnya sih selang-seling," ungkap Asli. Sedangkan para murid yang tidak dijadwalkan turun ke sekolah, bisa melakukan belajar dari rumah secara daring. Penggunaan aplikasi untuk belajar masih menggunakan Samarinda Smart Edu (SSE). "Jadi yang di rumah itu sudah diberi tugas, dan bisa menyelesaikan di rumah. Belajarnya juga lewat daring aja. Bisa pakai aplikasi yang disediakan atau bisa pakai Zoom, Google Met, atau lainnya," sambung dia.
Bukan hanya untuk menerapkan prokes, kapasitas kelas yang hanya diisi setengah dari jumlah siswa untuk mengakomodasi ruang kelas yang terbatas. "Rumusnya kalau semua tatap muka, kelas itu harus ditambah 100 persen, dua kali lipat. Gurunya juga begitu, harus tambah. Itu kan enggak mungkin," jelasnya. Jam setiap pelajaran juga rencananya akan dipangkas. Dari yang sebelumnya 45 menit, menjadi 20 menit. Hal itu untuk meringankan beban tenaga pengajar yang harus mengisi dua kelas secara bergantian.
"Jadi tetap sama saja ngajarnya. Karena kalau dikali dua, jam mengajar tetap juga, hanya muridnya yang bergantian. Teratasi juga semua," tambahnya.
Disinggung soal beberapa sekolah yang masih menumpang di gedung sekolah lain, Asli menjelaskan, hal itu tetap tidak mengganggu KBM tatap muka nantinya. Perbedaannya, hanya pada waktu pembelajaran. Sekolah yang menumpang, akan belajar siang hari. "Sama aja, mereka tetap jalan. Hanya turunnya siang. Pagi kan dipakai SD, siang SMP. Fasilitas pendidikan kita bisa saja jalan. Enggak ada masalah, insyaallah guru bisa menyesuaikan," pungkasnya. (*/dad/dra/k8)