SAMARINDA–Dinas Pendidikan (Disdik) Samarinda menunda jadwal penilaian akhir semester (PAS) SD menjadi Jumat (27/11) sampai dengan Rabu (2/12) mendatang. Hal itu imbas dari peningkatan kapasitas penyimpanan data via Google Cloud di aplikasi Samarinda Smart Edu (EDU) yang memerlukan waktu untuk pemindahan data dan pemulihan aplikasi.
Meski demikian, hal itu tidak memengaruhi aktivitas dan kualitas ujian, dan diharapkan membuat sistem semakin andal dan mudah diakses.
Kabid Pembangunan SD–SMP Disdik Samarinda Barlin H Kesuma mengatakan, saat ini sistem SSE baik versi web maupun aplikasi sedang dalam proses peningkatan, memerlukan waktu untuk proses pemulihan data di Google Cloud. Akibatnya, Disdik mengambil keputusan mendesak memundurkan jadwal PAS SD yang semula terjadwal Rabu (25/11) menjadi Jumat (27/11). "Peningkatan bandwidth itu rupanya memerlukan waktu sekitar 24 jam untuk perpindahan data pada server, makanya satu sampai dua hari aplikasi SSE tidak bisa diakses," ucapnya, (24/11).
Dia menjelaskan, evaluasi saat penilaian tengah semester (PTS) beberapa waktu lalu server yang tersedia mengalami gangguan karena melonjaknya aktivitas akses data. Perbandingannya adalah jika saat PTS kemarin, jumlah siswa yang tercatat 70.739 orang, dan jumlah guru yang terlibat 3.975 orang, saat persiapan PAS jumlah siswa yang tercatat mencapai 100.280 orang, naik hampir 41 persen. Sedangkan guru sudah mencapai 8.321 orang, naik 109 persen. Sementara itu, jumlah unggah jumlah soal yang masif juga terjadi, yaitu sebanyak 500 ribu soal yang sudah ter-upload dan tersimpan.
"Makanya perlu peningkatan kapasitas, tetapi dalam pelaksanaan turut dilakukan penyegaran data, menghapus beberapa akun ganda dan lainnya, sehingga semua proses memakan waktu," ucapnya.
Jika semua proses migrasi data rampung, database aplikasi yang awalnya terpusat di satu tempat, kemudian tersebar ke 20 tempat di 10 kecamatan. Pada saat PTS beberapa waktu lalu. Terbaru, kini dikembangkan lagi menjadi databases di masing-masing sekolah, sehingga dengan adanya server per sekolah, diharapkan traffic data selama pelaksanaan ujian sekolah menjadi cepat dan tidak terpusat di server tertentu, yang rawan macet atau bottleneck jika di akses secara masif oleh banyak user atau pengguna.
"Kini masing-masing sekolah telah dibuatkan lokal database secara cloud, dan telah ada proses desentralisasi wewenang dari admin Dinas Pendidikan ke admin di setiap sekolah," ucapnya. (dns/dra/k8)