Apakah Peran Guru Akan Tergeser di Era Revolusi Industri 4.0?

- Rabu, 25 November 2020 | 13:43 WIB

Oleh: Kartini Hilmatunnida

(Guru SMP 6 Bontang)

Brad Henry mengatakan, “Seorang guru yang baik dapat mengilhami harapan, menyalakan imajinasi, dan menanamkan cinta belajar." Sementara Ary Ginanjar ESQ menegaskan, "Ketinggian akhlak dan kemajuan seseorang dan kemuliaan budi bisa dilihat dengan cara ia memperlakukan dan menghargai seorang guru."

Guru adalah sosok yang memiliki kekuatan melejitkan potensi siswanya. Kekuatan itu bersumber dari  kesabarannya dalam menumbuhkan bakat yang belum tampak dan mampu menjadi sahabat terbaik dalam mendengarkan keluh kesah siswanya.

Kehadiran guru baik tatap muka melalui virtual (online) maupun secara langsung selalu diwarnai dengan suasana hangat, ramah, penuh ketulusan yang membuat siswa merasa nyaman untuk berbeda pendapat dengan gurunya, merasa nyaman saat berbuat salah yang tak disengaja.

Guru tak harus jaim untuk tertawa saat ada kejadian lucu di kelas, atau sesekali melucu untuk mencairkan ketegangan saat materi dianggap sulit untuk dicerna siswa.

Interaksi guru dengan siswa tidak hanya membahas sesuatu yang sudah jelas kebenarannya tetapi juga untuk mencoba dan salah supaya pengalaman itu lebih membekas dan bermakna dan posisi guru akan menjadi sahabat dalam memperbaiki dan menyempurnakan.

Ahli teori pendidikan sering menyebut, pendidikan era revolusi Industri 4.0 untuk menggambarkan berbagai cara mengintegritaskan teknologi cyber baik secara fisik maupun nonfisik dalam pembelajaran. Pendidikan era revolusi Industri 4.0 adalah fenomena yang merespons kebutuhan revolusi industri dengan penyesuaian kurikulum baru sesuai situasi saat ini. Kurikulum tersebut mampu membuka jendela dunia melalui genggaman contohnya memanfaatkan internet of things (IoT). Di sisi lain pengajar juga memperoleh lebih banyak referensi dan metode pengajaran.

Kondisi belajar jarak jauh selama pandemi Covid-19 perlahan telah menerapkan pengintegrasian teknologi cyber dalam pendidikan. Sayangnya, penerapan teknologi tersebut menimbulkan berbagai masalah yang  cukup kompleks pada diri siswa. Mulai kurang semangat belajar, pengaruh game online yang lebih menarik daripada tugas dan tekanan dari orangtua agar dapat mengerjakan semua tugas sekolah membuat peserta didik merindukan sekolah secara langsung dengan bertemu guru dan teman-temannya.

Meskipun guru telah berusaha maksimal menyajikan materi pembelajaran dengan video kreatif tetap saja peserta didik lebih mudah memahami saat melihat ekspresi guru, tekanan suara guru dan kesabaran guru untuk berkeliling di ruang kelas untuk memastikan bahwa semua siswa sudah cukup paham terhadap penjelasan materi.

Cara berkomunikasi seorang guru kepada peserta didiknya diawali rasa peduli, empati, dan cinta serta kesabaran yang tak akan ditemukan peserta didik bila belajar menggunakan media secanggih apapun.

Seorang guru tak pernah lelah untuk menanamkan karakter berbudi luhur dan keutamaan-keutamaan hidup untuk menjadi pegangan para peserta didik sebagai bekal untuk mandiri pada masa depan. Penanaman karakter berbudi luhur tentu tidak diajarkan tetapi diawali dengan pemberian keteladan secara langsung. Misalnya tepat waktu tiba di sekolah, tepat waktu masuk ke kelas, buang sampah pada tempatnya selalu bertutur kata santun, komitmen untuk jujur dan semangat belajar dengan senang membaca.

Anak didik pada usia remaja terkadang bingung bagaimana harus bersikap dan berperilaku. Sebab itu, mereka sangat membutuhkan contoh perilaku orang dewasa yang positif sebagai referensi bagi mereka dikemudian hari ketika mereka memasuki dunia kehidupan orang-orang dewasa. Di sini guru tidak saja berperan sebagai pendidik tetapi juga berperan sebagai orang tua kedua. Untuk menegaskan dan menguatkan kembali nilai-nilai kehidupan, nilai-nilai moral, atau keutamaan-keutamaan hidup yang sudah disemai di rumah oleh orangtua mereka, karena para siswa yang dihadapi saat ini adalah calon orangtua pada masa depan.

Kehadiran guru di kelas tak dapat digantikan dengan teknologi canggih sehingga guru harus memiliki motivasi untuk meningkatkan kompetensinya, baik kompetensi akademik, pedagogik, kepribadian, dan kompetensi sosialnya agar dapat menjadi guru yang andal sesuai kebutuhan dan tuntutan zaman.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X