Jangan Tolak Vaksinasi Covid-19, Imunisasi Terbukti Berhasil Cegah Penyakit Menular di Indonesia

- Selasa, 24 November 2020 | 11:17 WIB
DUKUNG VAKSINASI: Jubir Satgas Covid-19 dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru dr Reisa Broto Asmoro menjadi moderator dalam diskusi mengenai tata laksana vaksinasi di Indonesia bersama pakar imunisasi dr Jane Soepardi MPH di Jakarta, Senin (23/11).
DUKUNG VAKSINASI: Jubir Satgas Covid-19 dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru dr Reisa Broto Asmoro menjadi moderator dalam diskusi mengenai tata laksana vaksinasi di Indonesia bersama pakar imunisasi dr Jane Soepardi MPH di Jakarta, Senin (23/11).

Kalau kita beruntung mendapat imunisasinya, jangan ditolak. Justru bersyukur kalau mendapat vaksin Covid-19.

-

JAKARTA–Angka rasio pemulihan (recovery rate) kasus positif Covid-19 di Indonesia meningkat dari minggu lalu di angka 83,92% menjadi lebih 84% pada minggu ini. Selain itu, telah lebih 3,5 juta penduduk Indonesia yang diuji PCR (swab) dengan hasilnya, rasio positif Covid-19 hanya mencapai 14%, atau lebih banyak negatif daripada yang positif.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) juga telah mencanangkan memperkuat pelacakan kontak (tracing) dengan target rasio 1:30, yang artinya dari satu pasien positif, maka 30 kontak terdekat pasien akan dilacak.

“Upaya lain yang tengah dilakukan pemerintah untuk menekan penularan Covid-19 adalah mewujudkan program vaksin untuk rakyat. Untuk ini, pemerintah tengah mempersiapkan vaksin dan tata laksana imunisasinya nanti. Kemenkes juga telah melatih lebih dari 8.600 vaksinator dari 23.000 vaksinator yang rencananya akan disiapkan untuk mendukung kampanye imunisasi nanti,” terang dr Reisa Broto Asmoro dalam Dialog Juru Bicara Pemerintah dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru bertema “Tata Laksana Vaksinasi di Indonesia”, yang diselenggarakan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Senin (23/11).

Sudah sejak lama program imunisasi di Indonesia, telah berhasil mencegah penyakit menular, “Dulu pada waktu sebelum vaksin ditemukan, kematian karena penyakit menular seperti campak, difteri, dan pneumonia, banyak sekali. Dengan lahirnya vaksin-vaksin ini, penyakit-penyakit menular berbahaya tersebut sudah hilang, walaupun masyarakat sering tidak menyadarinya. Jadi masyarakat kita harus terus-menerus diberi pengetahuan tentang penyakit apa saja yang berhasil dicegah dengan imunisasi. Jangan sampai nanti lupa lalu menghindari vaksin sehingga muncul kembali penyakit-penyakit lama,” ujar dr Jane Jane Soepardi MPH, pakar imunisasi.

Dalam merancang kampanye imunisasi ada beberapa faktor yang harus diperhatikan. “Pertama kita harus punya vaksinnya terlebih dahulu. Vaksin pun bukan sembarang merek. Jadi, prinsip negara kita adalah vaksin yang digunakan nanti sudah terdaftar di WHO. Faktor kedua yang perlu dipersiapkan adalah alat penyimpanannya, agar tidak cepat rusak. Ketiga adalah penentuan lokasi imunisasinya, biasanya menggunakan satu lokasi tertentu agar masyarakat mudah mengaksesnya. Lalu yang juga penting lainnya adalah orang yang akan diimunisasi. Kalau bisa sudah ada daftar nama yang dipegang petugas. Kemudian tambahannya adalah relawan yang membantu lalu lintas di lokasi nantinya,” terang dr Jane.

Dukungan penyuluhan dan sosialisasi terencana jauh-jauh hari juga harus telah dipersiapkan sebelumnya. Dengan begitu nantinya yang datang ke lokasi imunisasi sudah siap dan mendapat informasi yang cukup mengenai program tersebut. Kemudian, nantinya pelaksana program imunisasi ini harus profesional di bidangnya. “Di setiap kali kampanye selalu ada masalah yang baru. Kalau tidak memiliki pengalaman sebelumnya akan gawat. Jadi penting sekali untuk imunisasi yang akan datang, jangan sampai orang yang tidak mengerti sama sekali dalam hal kampanye imunisasi ini diberi tugas dan tanggung jawab,” ujar dr Jane.

Di Indonesia kader-kader imunisasi di setiap desa sudah ada dan berpengalaman melakukan pelayanan imunisasi. “Jadi kader-kader imunisasi ini harus dipakai, boleh ditambah dari unsur pramuka, karang taruna, dan petugas siskamling,” ujarnya.

Demi menumbuhkan keyakinan bagi masyarakat tentang keamanan dan efektivitas vaksin, dr Jane mengatakan, “Masyarakat harus mengetahui vaksin jauh berbeda dengan obat. Karena vaksin akan diberikan kepada orang sehat, oleh sebab itu syarat vaksin dibuat sangat ketat. Jadi lebih baik jangan sampai tertular Covid-19. Dan kalau kita beruntung mendapat imunisasinya, jangan ditolak, justru bersyukur kalau mendapat vaksin Covid-19.”

“Meskipun vaksin akan datang, kita harus tetap disiplin menerapkan 3M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak aman). Mari kita praktikkan 3M tersebut sebagai satu kesatuan karena 3M ini satu paket. Terakhir, jangan takut diimunisasi ya,” tutup dr Reisa. (pen/ssw/ms/k8)

 

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Desak MK Tak Hanya Fokus pada Hasil Pemilu

Jumat, 29 Maret 2024 | 10:36 WIB

Ibu Melahirkan Bisa Cuti hingga Enam Bulan

Selasa, 26 Maret 2024 | 12:30 WIB

Layani Mudik Gratis, TNI-AL Kerahkan Kapal Perang

Selasa, 26 Maret 2024 | 09:17 WIB

IKN Belum Dibekali Gedung BMKG

Senin, 25 Maret 2024 | 19:00 WIB

76 Persen CJH Masuk Kategori Risiko Tinggi

Senin, 25 Maret 2024 | 12:10 WIB

Kemenag: Visa Nonhaji Berisiko Ditolak

Sabtu, 23 Maret 2024 | 13:50 WIB

Polri Upaya Pulangkan Dua Pelaku TPPO di Jerman

Sabtu, 23 Maret 2024 | 12:30 WIB

Operasi Ketupat Mudik Dimulai 4 April

Sabtu, 23 Maret 2024 | 11:30 WIB
X