Andi M Gamal Ganesha, Antara Bisnis Kopi dan Edukasi

- Selasa, 24 November 2020 | 09:41 WIB
Kecintaan Andi pada kopi dimulai pada 2016. Saat masih menjadi mahasiswa di Bandung,
Kecintaan Andi pada kopi dimulai pada 2016. Saat masih menjadi mahasiswa di Bandung,

Kini marak kafe atau tempat nongkrong yang menyediakan kopi sebagai salah satu menunya. Namun, Andi M Gamal Ganesha kurang tertarik. Dia justru melihat peluang sebagai penyuplai biji kopi. Menjadi jembatan dari produk hulu hingga hilir olahan kopi.

 

KECINTAAN Andi pada kopi dimulai pada 2016. Saat masih menjadi mahasiswa di Bandung, dia bersama beberapa kawan hunting foto hingga daerah perkebunan. “Jadi waktu foto-foto, petani di sana suruh coba (merasakan) buah itu. Persis seperti cherry, nah ketika saya makan manis, tapi ada bijinya di dalam. Baru saya tahu itu biji kopi,” ungkapnya.

Diakui hanya hobi. Dia mengikuti pelatihan hingga magang sebagai barista di salah satu kafe. Delapan bulan dia habiskan untuk mengenal semua tentang kopi, termasuk cara pembuatannya. Mulai manual brewing hingga gunakan mesin.

Tak puas, dia ikut pelatihan roaster kopi hingga Jakarta. Semakin mendalami dunia kopi. Lalu pada medio 2018, orangtuanya meminta untuk segera pulang ke Samarinda. Setelah menuntaskan kuliah, ada jeda dua bulan sebelum akhirnya kembali ke tanah kelahiran. Andi memanfaatkannya untuk berburu petani kopi. Sebab, dia mulai berpikir bahwa roastery di Samarinda saat itu masih hitungan jari. Dia menilai, bisnis tersebut bakal jadi peluang besar.

Beberapa petani di Bandung dia sambangi. Kopi Jawa Tengah, Bali, Flores dia cari. Rekomendasi beberapa teman dan keluarga, dia pun mendapat biji kopi dari Sumatra dan Sulawesi.

Itulah bekal yang dia bawa ke Samarinda. Pada Oktober 2018, Rate of Rise Coffee Roasters pun dirintis Andi. Fokus sebagai penyedia atau suplai biji kopi di Samarinda. “Di Samarinda hanya sekitar 3–4 orang saja waktu itu. Kurang lebih tiga bulanan saya keliling nawarin kalau punya roastery,” ujar dia.

Usaha coffee roasters miliknya mulai punya nama. Orang mulai membeli biji kopi ke tempatnya. “Sekarang ada sekitar 400 kedai kopi di Samarinda. Dan ada sekitar sepuluh roasters di Samarinda, yang aktif sekitar tujuh. Saya dapat 20–30 persen lah,” sebut Andi.

Meski lulusan desain interior, orangtua juga tidak memaksakan agar Andi bekerja linier dengan pendidikan. Kedua orangtuanya juga wiraswasta. Sehingga membebaskan Andi. “Paling orangtua tanya, itu ngapain kerjanya?” ungkapnya lalu terkekeh.

Agar ilmunya tetap bermanfaat, pria kelahiran 1994 itu mengaplikasikannya dengan membangun atau membuka usahanya lebih luas. Tujuan utamanya yakni saat ada yang ingin membeli biji kopi, welcome drink-nya adalah kopi. “Mereka mau racik sendiri silakan, alatnya ada. Tapi ternyata semakin ke sini ada yang memang mau nongkrong minum kopi, ya kita layani,” bebernya.

Coffee roasters miliknya pun didesain nyaman dengan interior simpel dan launching awal 2019. Pengunjung bahkan bisa melihat langsung proses roasting kopi, dan melihat-lihat aneka biji kopi di sana.

Sebab, tujuan dia yakni edukasi tentang kopi. Bagaimana proses pengolahan. Agar masyarakat Samarinda dapat lebih terbuka lagi pengetahuannya mengenai kopi. Bukan sekadar minuman hitam dengan rasa pahit. (rdm/ndu/k8)

 

 

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Di Berau Beli Pertalite Kini Pakai QR Code

Sabtu, 20 April 2024 | 15:45 WIB

Kutai Timur Pasok Pisang Rebus ke Jepang

Sabtu, 20 April 2024 | 15:15 WIB

Pengusaha Kuliner Dilema, Harga Bapok Makin Naik

Sabtu, 20 April 2024 | 15:00 WIB

Transaksi SPKLU Naik Lima Kali Lipat

Jumat, 19 April 2024 | 10:45 WIB

Pusat Data Tingkatkan Permintaan Kawasan Industri

Jumat, 19 April 2024 | 09:55 WIB

Suzuki Indonesia Recall 448 Unit Jimny 3-Door

Jumat, 19 April 2024 | 08:49 WIB

Libur Idulfitri Dongkrak Kinerja Kafe-Restoran

Kamis, 18 April 2024 | 10:30 WIB
X