Komunitas Siaga Merapi mengedukasi warga mulai tentang tas khusus untuk surat dan harta berharga sampai persoalan ternak. Bergantian para anggotanya turut memantau kondisi Merapi 5 kilometer dari puncak.
Ilham Wancoko, Sleman, Jawa Pos
NENEK itu masih bersikeras. Tak mau mengungsi. Tapi, Rambat Wahyudi juga tak menyerah. ’’Mbah, niki status siaga, kedah sumingkir (Nek, sekarang status Merapi siaga, harus mengungsi, Red),’’ ujarnya.
Si nenek bersikukuh. Ternaknya yang kali ini jadi alasan untuk tetap di rumah. Tapi, Rambat sudah mengantisipasinya.
’’Wonten kandang ternak teng balai desa (Ada kandang ternak di balai desa),’’ kata Rambat. Berhasil. Si nenek luluh dan akhirnya setuju untuk mengungsi.
Rambat menceritakan pengalamannya itu saat ditemui Jawa Pos di Posko Glagaharjo, Sleman, Jogjakarta, Rabu pekan lalu (18/11). Menurut ketua relawan Komunitas Siaga Merapi (KSM) itu, keberhasilan membujuk si nenek tersebut satu contoh efek positif edukasi mitigasi bencana pasca letusan Merapi pada 2010. Letusan yang menimbulkan korban jiwa di desa yang masuk wilayah Cangkringan tersebut.
’’Untuk di Cangkringan ini puluhan korbannya,’’ ujarnya.
Setahun setelah letusan yang menimbulkan trauma karena banyaknya korban itu, warga Glagaharjo sepakat membentuk KSM, relawan bencana dari warga untuk warga.
Sekarang, saat status Merapi naik menjadi siaga sejak 5 November, banyak warga yang justru berinisiatif untuk mengungsi ke balai desa. Tanpa menunggu jemputan, tanpa menunggu arahan anggota KSM. ’’Melegakan bagi relawan,’’ tuturnya.
Kesadaran mitigasi bencana itu terlihat dari catatan jumlah pengungsi di Posko Glagaharjo. Pengungsi di Balai Desa Glagaharjo awalnya hanya puluhan, lalu pada Senin (16/11) terdata 237 pengungsi. Per Rabu sudah mencapai 256 warga.
Kemudahan mengungsikan masyarakat itu juga disebabkan relawan KSM merupakan tetangga sendiri. Dari situ kepercayaan muncul karena sudah kenal akrab.
Tidak ada lagi rasa sungkan karena merepotkan orang lain. Relawan yang merupakan tetangga sendiri otomatis juga mengetahui seluk-beluk sikap warga. Mengetahui siapa yang sulit diajak mengungsi. ’’Kalau di sini, paling cuma satu–dua orang,’’ tuturnya.