Membangun Usaha di Tengah Pandemi, Tawarkan Nuansa Alam Dipadu Industrial

- Senin, 23 November 2020 | 09:16 WIB
LEBIH NYAMAN: Enggak perlu ragu di tengah pandemi, aturan jarak dan pengetatan jam diperhatikan benar-benar. Manajemen Kongko memberikan pelayanan protokol kesehatan. Beberapa spot juga asyik digunakan untuk swafoto.
LEBIH NYAMAN: Enggak perlu ragu di tengah pandemi, aturan jarak dan pengetatan jam diperhatikan benar-benar. Manajemen Kongko memberikan pelayanan protokol kesehatan. Beberapa spot juga asyik digunakan untuk swafoto.

Membangun usaha di tengah pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) bukan hal mudah. Beragam strategi jitu harus benar-benar matang. Mulai mengatur menu yang enak, hingga tempat yang dirancang agar pelanggan nyaman.

 

ALL industrial konsep, menjadi ciri khas Kongko. Jika menilik Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), nama kafe ini memiliki arti berbincang-bincang. Hal itulah yang membuat Nasruddin, pria yang kerap disapa Unding itu launching kafe yang memiliki suasana nyaman untuk bercengkerama.

Tidak sendiri, owner Kongko itu memiliki investor sekaligus CEO yang secara khusus mendesain secara detail. Menggandeng Dedi Juliawan, alumnus S-1 Teknik Sipil di UII Jogjakarta, dan S-2 Manajemen Konstruksi.

Menurut dia, konsep yang mampu menampung semua kalangan pendatang menjadi keunggulan kafe bernuansa outdoor itu. Dia meyakini, konsep itu juga praktis karena memanfaatkan kekayaan alam asli dari Kalimantan. Tempat yang memiliki luas lahan 22x42 meter persegi itu tidak mudah untuk dihadirkan. Bermodalkan sekitar Rp 1 miliar, terkadang harus menghadapi tantangan. Tidak hanya kesulitan mencari bahan baku minuman, penerapan jam malam di tengah pandemi membuat manajemen hanya meraup omzet 50 persen.

"Kami kalau cari bahan selain di Samarinda atau Balikpapan, kadang dari Banjarmasin, Jakarta, atau Aceh. Pandemi benar-benar ujian," terangnya saat ditemui. Per bulan, Kongko bisa mendapat keuntungan Rp 150–200 juta. Namun, itu mesti nekad, mengingat berdirinya Kongko juga tak semudah membalikkan telapak tangan. "Pilihannya hidup atau mati, maju kena mundur kena. Kami menyiapkan sejak 2019 lalu sebenarnya, sudah merekrut tim produksi, Juli mau launching tapi masih pandemi, jadi kami nekat dengan mengetatkan protokol kesehatan," imbuh lelaki kelahiran 29 Juli 1991 itu.

Aturan jam malam, yakni tempat keramaian yang harus tutup setiap pukul 22.00 Wita, membuatnya harus mencari cara lagi. Bahkan tak jarang harus membuat promosi gila-gilaan dengan teknik happy our. "Bikin promo paket begadang. Jadi pelanggan bisa membeli dan nongkrong di rumah saja," tambahnya.

Beragam menu ditawarkan untuk pelanggan yang saat ini kian terbatas untuk berkumpul. Mulai minuman kopi-kopian seperti kopi terkongko, kongko jelly, hingga minuman varian rasa klepon. Tidak lupa dia menawarkan produk best seller Red Velvet yang memiliki rating tertinggi dengan rasa terenak se-Sangatta sesuai hasil kuesioner. "Banyak menu yang bisa menemani pelanggan meski cuma nongkrong di rumah saja. Tidak cuma minuman, kami juga menjual dimsum goreng dan makanan lainnya," jelas pria yang juga sebagai pengurus Hipmi Kutim itu.

Kisaran harga pun bervariatif, minuman dibanderol rata-rata Rp 20–33 ribu, mayoritas di antara Rp 23–25 ribu. Sedangkan makanan dimulai Rp 18–30 ribu. Pria yang kerap menorehkan prestasi di bidang akademik maupun seni tersebut mengaku tak menyesal menggeluti usaha ini. Pasalnya, dia kerap menemukan ilmu baru dari setiap orang yang ditemui. “Ya meski sering pusing karena tiap hari harus putar otak," terang alumnus SMP dan SMA 1 Sangatta Utara itu.

Dia menyebut, ciri khas unik akan tetap dipertahankan. Guna menjaga kualitas supaya dia bisa mencapai target. Dia menargetkan kondisi bisnis supaya tetap stabil. Beragam cara dilakukan untuk meningkatkan minat dengan pelayanan yang juga menarik. Hal itu dilakukan dengan melibatkan 16 pegawainya.

"Targetnya dua tahun tetap bertahan dengan kualitas dan peningkatan pelanggan yang lebih baik, itu tingkat pencapaian kami. Yang penting konsisten menjaga ciri khas kudapan," paparnya.

Tidak hanya dikonsep nyaman berbincang, kafe itu digadang-gadang bisa menjadi tempat bagi masyarakat yang ingin menggelar acara. Sebab, dia melihat banyaknya tamu dari kalangan yang beragam.

"Inginnya sih membuat kafe yang entertainment, ngerangkul siapa aja untuk acara apa aja. Apa lagi tamu di sini beda-beda, saya perhatikan ada waktu tertentu, misalnya sore kebanyakan tamu dari rombongan keluarga, kalau malam anak muda. Bisa saja mereka butuh tempat, mudahan kami dapat menyuguhkan yang terbaik," tutupnya. (*/la/dra/k8)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Eksistensi Usaha Minimarket Kian Tumbuh

Sabtu, 27 April 2024 | 10:20 WIB

Harga Daging Sapi di Kutai Barat Turun

Sabtu, 27 April 2024 | 10:00 WIB

BI Proyeksikan Rupiah Menguat di Kuartal III

Sabtu, 27 April 2024 | 09:01 WIB

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB
X