Penting Belajar Parenting, Membesarkan Anak Bukan Autodidak

- Senin, 23 November 2020 | 09:13 WIB

LELAH bekerja seharian, namun ketika tiba di rumah justru kondisinya berantakan. Purnama Ramadhany merasa jengkel. Berpikir, apa saja yang dikerjakan istrinya kenapa rumah jadi tak karuan. Belum lagi mainan anaknya berserakan.

“Saya kerja dari pagi sampai sore, emosi itu saat pulang ke rumah. Sudah capek, kok rumah berantakan, ini ngapain aja sih?” ujar pria yang karib disapa Dhany itu. Lambat laun, dia mulai belajar bahwa rumah berantakan adalah hal wajar. Sebab mengurus rumah dan anak bukan hal mudah bagi istrinya.

“Akhirnya saya pelan-pelan mulai paham. Termasuk baca-baca buku parenting. Anak enggak langsung saya marahi kenapa mainan berantakan, tapi saya ajak dia untuk membereskan mainan bersama. Jadi enggak sekadar nyuruh saja atau marahin, tapi ikut memberi contoh,” paparnya.

Diakui jika dulu Dhany tak punya bekal yang banyak mengenai dunia parenting. Perlahan tapi pasti dia menggali-gali informasi terkait. Termasuk aktif ikut seminar pola asuh anak belakangan ini.

Sejak 2005 bekerja sebagai karyawan bank. Ketika anak pertamanya lahir 2009 lalu, matanya terbuka jika peran ayah sangat penting untuk pertumbuhan buah hatinya itu. Dia sadar bahwa peran ayah tak kalah penting dalam mengasuh anak, bukan melulu tugas ibu.

Lalu pada 2010, dia mulai getol belajar parenting. Setiap pulang ke rumah, dia benar-benar meluangkan waktu untuk anaknya, Abiseka Muhammad Mahadana. “Kalau dulu pulang kerja bawaannya emosi saat rumah berantakan, saya marahin kan anak jadi takut. Setelah itu ya saya sadar, anak pun jadinya senang dan menyambut tiap saya pulang kerja,” kenang pria kelahiran 1980 itu.

Lalu pada 2013 lalu, dia mutasi ditugaskan ke Sangatta, Kutai Timur. Menurutnya itu adalah penyesalan terbesar. Waktu luang hanya Sabtu Minggu. Selama dua tahun menyempatkan pulang setiap seminggu sekali.

Namun dirasa kurang efektif. “Saya kehilangan momen golden age anak saya selama dua tahun itu. Apalagi capek perjalanan, mau tidak mau menyempatkan waktu sama anak tiap Sabtu Minggu. Kerja lagi,” bebernya.

Hingga saat dia akan dimutasi lagi, Dhany mantap untuk resign. Terlebih anak keduanya lahir pada 2015 lalu, Alita Zahratusyifa Maheswari. Dia tak ingin kehilangan momen lagi. Dia sudah cukup banyak belajar dari pengalaman.

“Jadi sekitar 2018 saya resign. Sekarang bisa dibilang pengusaha atau wiraswasta. Dan saya punya jadwal yang bisa saya atur sendiri, dan tentunya punya banyak waktu luang untuk mengasuh kedua anak saya,” ungkapnya lalu tersenyum.

Memutuskan untuk resign memang tidak mudah. Apalagi dia mengatakan jika peran ayah baik sebagai suami memang penting. Termasuk menjadi seseorang yang harus bisa diandalkan, apalagi dalam hal materi atau finansial.

Disebutkan jika istrinya juga sudah resign sebagai pegawai negeri sipil (PNS). Mereka berdua mantap untuk fokus membersamai tumbuh kembang anak. “Ya setelah diperhitungkan dan kami sembari memulai usaha,” ungkap Dhany yang akhir 2019 lalu membuka MatavHati Islamic Daycare.

Pada momen Hari Ayah Nasional pada 12 November lalu, dia mendapat kejutan dari anak sulungnya. Sebelumnya sang istri, Yulia Wahyu Ningrum memberi tahu jika ada hari ayah. Sontak si sulung langsung berkreasi di kamarnya.

“Jadi dia bilang, jangan masuk kamar. Saya lihat dia lagi ngeprint dan gunting-gunting gitu. Ternyata bikin ucapan Happy Father Day, dia bikin tulisan kayak tiga dimensi gitu. Kreatif sekali,” sebut Dhany dengan bangga.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Raffi-Nagita Dikabarkan Adopsi Bayi Perempuan

Senin, 15 April 2024 | 11:55 WIB

Dapat Pertolongan saat Cium Ka’bah

Senin, 15 April 2024 | 09:07 WIB

Emir Mahira Favoritkan Sambal Goreng Ati

Sabtu, 13 April 2024 | 13:35 WIB
X