Milenial Perlu Edukasi Lebih Soal Properti

- Sabtu, 21 November 2020 | 13:31 WIB
PEMAHAMAN: Para pengembang tampaknya masih perlu memberi edukasi lebih kepada generasi milenial terkait pentingnya memiliki properti, salah satunya untuk investasi.
PEMAHAMAN: Para pengembang tampaknya masih perlu memberi edukasi lebih kepada generasi milenial terkait pentingnya memiliki properti, salah satunya untuk investasi.

PEMAHAMAN generasi muda tentang properti masih dangkal. Padahal, selain dimiliki, properti bisa menjadi investasi. Karena itu, perlu ada edukasi yang baik terhadap masyarakat tentang sektor properti.

Corporate Secretary Intiland Theresia Rustandi menuturkan, properti berperan penting dalam perekonomian. Sektor itu memiliki lebih 174 industri ikutan. Sektor tersebut juga menyerap 30 juta tenaga kerja. “Ini fondasi penting. Properti punya kontribusi tinggi terhadap perekonomian,” ujarnya.

Di sisi lain, generasi muda semakin berkembang. Jumlahnya juga kian bertambah. Itulah bonus demografi yang bisa dimanfaatkan para pebisnis properti. Intiland mengembangkan Intiland Youth Panel dan I AM Community untuk menyosialisasikan bisnis properti. “Selain industrinya, kami memperkenalkan investasi properti kepada anak-anak muda,” kata Theresia.

Sebagai industri yang strategis, keberlanjutan bisnis properti menjadi fokus penting para developer. Apalagi, anak-anak muda yang sebagian adalah kalangan milenial itulah yang menjadi konsumen properti pada masa mendatang.

Menurut Theresia, kemampuan daya beli dan kenaikan harga rumah perlu disikapi dengan pemahaman soal keuangan. “Sebab, kalau menabung, jumlah uang tidak akan bisa mengejar kenaikan harga properti. Tentu perlu edukasi mengenai manajemen keuangan bagi anak-anak muda,” paparnya.

Secara terpisah, Ketua Umum DPP REI Totok Lusida menyebutkan, pasar properti terbagi dua. Yaitu, nonsubsidi dan subsidi. Setelah ada pandemi, pasar properti terbagi menjadi tiga. Subsidi, nonsubsidi dengan harga kurang dari Rp 1,5 miliar, dan nonsubsidi dengan harga lebih dari Rp 1,5 miliar.

“Sekarang yang paling terdampak itu properti nonsubsidi dengan harga Rp 1,5 miliar up. Ini yang paling besar terkena dampak pandemi,” ungkapnya.

Sebaliknya, pasar properti kelas menengah dengan range harga Rp 400 juta–Rp 1,5 miliar justru naik signifikan. Kondisi itu menunjukkan bahwa sebenarnya masih ada peluang pasar karena kebutuhan masih tinggi. “Mereka akan menyesuaikan kemampuan daya belinya,” ujar dia. (ndu/k8)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB

Di Berau Beli Pertalite Kini Pakai QR Code

Sabtu, 20 April 2024 | 15:45 WIB

Kutai Timur Pasok Pisang Rebus ke Jepang

Sabtu, 20 April 2024 | 15:15 WIB

Pengusaha Kuliner Dilema, Harga Bapok Makin Naik

Sabtu, 20 April 2024 | 15:00 WIB
X