PENAJAM - Kasus penderita penyakit malaria terus naik. Tahun ini peningkatannya mencapai 30 persen dibanding 2019 lalu. Itu dikatakan Kepala Pengelola Program Penyakit Menular Melalui Binatang, Dinas Kesehatan PPU, Harjito Ponco Waluyo, belum lama ini.
Dibeberkan, tahun lalu sejak Januari hingga Desember, ada 1.050 penderita. Sementara tahun ini, periode Januari hingga Oktober saja sudah mencapai 1.306. "Hingga Desember ada kemungkinan kembali bertambah. Karena adanya peningkatan hujan di wilayah-wilayah endemis," paparnya.
Panco menyebut, wilayah paling rawan penyebaran penyakit adalah Penajam. Kendati demikian, tidak lagi ditemukan penderita indijinus asli Penajam. "Semua kasus berasal dari perbatasan, antara Sotek dan Bongan, Kabupaten Kutai Barat, kemudian perbatasan Muara Toyu Kabupaten Paser dengan Sotek," sambungnya.
Untuk masyarakat yang sudah berobat di Puskesmas Sotek sendiri telah mencapai 530 pasien. Dinas Kesehatan pun menggalakkan pelatihan kader, agar kasus yang ada di luar daerah tidak sampai masuk dan menjadi indijinus di Benuo Taka. "Walau jumlahnya meningkat, tapi Alhamdulillah tidak ada yang meninggal karena malaria," imbuhnya.
Dikatakan, perbatasan sendiri kenapa menjadi faktor penyebaran malaria paling tinggi, karena merupakan wilayah endemis. Dari total penderita 1.306, paling banyak dari luar daerah. Sementara untuk penderita ber-KTP PPU hanya sekitar 30 persen. "Ada dari Kalimantan Selatan, dan paling banyak dari Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat," pungkasnya. (asp/ind)