LAGA kontra Martapura FC menjadi satu-satunya pertandingan resmi yang sempat dirasakan skuat Mitra Kukar pada Liga 2 2020. Setelah itu, Anindito Wahyu dkk tak lagi merasakan atmosfer pertandingan. Itu seiring kehadiran pandemi Covid-19 yang menyerang Tanah Air.
Situasi kian pelik saat PSSI dan pihak kepolisian tidak menemukan kata sepakat untuk menggulirkan kembali kompetisi pada November. Walhasil, para pemain kembali harus menunda keinginan mereka untuk kembali merumput di kompetisi resmi.
Imbasnya, banyak pemain yang mulai banting setir karena pendapat utama mereka macet. Beberapa tim masih menggaji pemainnya dengan kisaran 25 persen dari nilai kontrak mereka setiap bulan. Namun, jumlah 25 persen jauh dari kata cukup.
Tak sedikit pemain mencoba peruntungan di bidang bisnis. Dari bisnis jual sandal, jersey, tabung gas, hingga membuka bisnis kuliner dan warung kopi. Semua dijalani demi dapur tetap mengepul.
Melihat situasi tersebut, palang pintu Mitra Kukar Fauzan Fajri menuturkan, saat ini ratusan pesepak bola sedang menanti kepastian nasib mereka. Eks PSIS Semarang itu berharap, pemerintah bisa memberikan rekomendasi agar kompetisi kembali bergulir.
“Kami sangat mengandalkan pemasukan dari sepak bola. Jadi ketika sepak bola stop, kami tidak ada pemasukan,” terang Fauzan. Dia berharap, kompetisi benar-benar digulirkan Februari tahun depan. “Jangan ada penundaan lagi. Kami sudah capek, kami perlu kompetisi bukan janji yang tidak pasti,” tutupnya. (don/ndy/k8)