Vaksin Penting untuk Membangun Imunitas

- Kamis, 19 November 2020 | 18:13 WIB

Vaksin menjadi alat paling efektif untuk menghadapi penyakit infeksi, mencegah terjadinya epidemi maupun pandemi penyakit dan mengeradikasi penyakit menular. Melalui program Imunisasi massal, vaksin terbukti menekan penularan virus campak (measles) dan rubella (campak jerman) menggunakan vaksin MR.  

 

JAKARTA–Dr dr Kohar Hari Santoso, direktur RSUD Saiful Anwar Malang dan Ketua Tim Tracing Gugus Tugas Covid-19 Jawa Timur, mengatakan, tidak semua orang mau anaknya diimunisasi, karena adanya ketidaktahuan soal Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). “Peran media untuk mengedukasi masyarakat sangat penting,” katanya dalam Dialog Produktif bertema Belajar dari Sukses Vaksin MR di Jawa Timur dan Peran Media dalamVaksinasi yang diselenggarakan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Selasa (17/11).  

“Di Jawa Timur ada tiga kelompok besar masyarakat, di daerah barat disebut Mataraman, di mana biasanya sosok panutannya adalah para pemimpin kawasan seperti lurah. Ada kultur budaya arek di sekitar Surabaya, biasanya mendengarkan pakar dan para ahli. Kemudian ada daerah tapal kuda yang dominan berbudaya masyarakat Madura. Mereka biasanya mendengarkan tokoh-tokoh agama. Pendekatan kultural ini yang nantinya didukung oleh media,” tambah Wahyoe Boediwardhana, jurnalis yang terlibat dalam Imunisasi MR di Jawa Timur tahun 2017 dan saat ini bekerja sebagai wartawan harian nasional dalam acara yang sama. 

  “Mengenalkan masyarakat terkait imunisasi ini tidak bisa dilakukan oleh satu atau dua media, tapi harus kolaborasi,” katanya. Atas dasar niat baik tersebut, Wahyoe pun membentuk komunitas Jurnalis Sahabat Anak. Perkumpulan ini memiliki tujuan dan keinginan membantu mengedukasi masyarakat menyampaikan informasi positif terkait kesehatan anak. “Ini yang kami lakukan, sehingga kita harus mengetahui siapa yang dihadapi, karakternya bagaimana, apa yang harus disampaikan, cara dan kapan waktu yang tepat untuk menyampaikan pesannya. Itu yang kami terapkan di masyarakat,” katanya. 

Karakter masyarakat Jawa Timur yang beragam jadi tantangan tersendiri dalam mengedukasi masyarakat, terutama mengikis informasi hoaks seputar vaksin MR saat itu. Demografi masyarakat pesantren, perkotaan, masyarakat komunal, hingga daerah terpencil yang jauh dari jangkauan dukungan komunikasi, menjadi ragam tantangannya.  

“Yang terpapar hoaks tentang vaksin ini tidak hanya yang kurang edukasinya tapi juga masyarakat yang teredukasi dengan baik. Ini yang membutuhkan strategi tersendiri. Untuk mengikis hal itu, kami memilih untuk membanjiri masyarakat dengan informasi positif,” terang Wahyoe.

 Vaksin MR sendiri merupakan vaksin untuk infeksi virus campak (measles) dan campak jerman (rubella). Campak tersebut bisa mengakibatkan meningitis dan fatal kepada anak-anak. Sedangkan rubella mampu mengakibatkan kelainan bawaan terhadap bayi.  

Apabila rubella menginfeksi ibu hamil, anak yang lahir bisa terkena cacat. Masyarakat harus diberi tahu pentingnya imunisasi untuk mencegah semua dampak buruk ini. Memberikan pengertian inilah yang tidak sederhana. Sering kali corongnya harus melawati tokoh-tokoh yang berpengaruh di kalangan masyarakat.

 Tak hanya berhenti pada edukasi vaksin, tapi juga masyarakat harus mendapatkan penjelasan yang cukup mengenai KIPI yang bisa terjadi dan diatasi dengan mudah. “Kita sudah siapkan tim, ahli-ahlinya, para dokter untuk antisipasi kalau ada KIPI. Itu kita sudah siapkan. KIPI sendiri bukanlah hal yang menakutkan, karena biasanya bersifat ringan. Namun, pencegahan untuk mengurangi risiko kejadian ikutan ini tetap harus dilakukan,” ujar Dr Kohar.

Agar seluruh informasi mengenai vaksin sampai dengan benar ke masyarakat, Wahyoe dan komunitas Jurnalis Sahabat Anak Jawa Timur juga terus memperkaya pengetahuan, ilmu dan pemahaman soal imunisasi.  

Masyarakat harus sadar bahwasanya mencegah jauh lebih baik daripada mengobati. Tak hanya terhindar dari rasa sakit, tapi juga lebih murah dari segi biaya. “Saya setuju bahwa vaksin MR ada biayanya. Tapi dibandingkan dengan nanti terinfeksi, kalau sampai sakit, atau cacat, itu bebannya lebih tinggi, lebih mahal lagi biayanya,” tutur Dr Kohar. (pen/ssw/mjs/far/k8)

 

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Garuda Layani 9 Embarkasi, Saudia Airlines 5

Senin, 22 April 2024 | 08:17 WIB
X