Terwujudnya wajah kota yang ideal tak bisa berangkat dari ide-ide pemimpin saja. Perlu menyertakan pandangan masyarakat dalam menciptakannya. “Apalagi peruntukan dari program itu tak hanya menyasar utilitas seperti PJU (penerangan jalan umum), semenisasi, atau drainase. Tak hanya sarana dan prasarana seperti itu. Turut menyertakan pemberdayaan masyarakat,” ulasnya.
Lewat program itu, AH mencoba menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk benar-benar terlibat menciptakan pembangunan ideal di Samarinda. “Dari, oleh, dan untuk warga Samarinda,” katanya menambahkan.
Apalagi, peran pemerintah bukan sekadar memberi lalu masalah selesai. Perlu keterlibatan warga dalam kesinambungan perkembangan wajah kota.
Ada beberapa hal tak disampaikan warga ketika bertemu dirinya, menurut dia, perlu keseriusan penanganannya dari pemerintahan ke depan untuk masuk dalam skala prioritas, yakni kebersihan.
Bermimpi untuk Samarinda bersih dan kembali menggenggam Piala Adipura jelas perlu dipertegas sejauh mana keseriusan pemerintah menciptakan kultur tersebut. Salah satu yang tak dikeluhkan warga namun dirasanya penting di tingkat RT itu ialah ketersediaan tempat pembuangan sementara (TPS).
“Ini harusnya tersedia maksimal dan ketika saya bersama Rusmadi terpilih jelas jadi hal yang harus dilakukan pertama kali. Karena jumlah sampah se-Samarinda jelas mayoritas dijejali residu rumah tangga,” bebernya.