Ingin Jadi Wanita Karier Masa Kini

- Rabu, 18 November 2020 | 10:42 WIB
Nurul Hikmah
Nurul Hikmah

BELAJAR jualan sejak duduk di bangku sekolah dasar (SD) ternyata menjadi ilmu yang tertanam hingga saat ini di kehidupan Nurul Hikmah, perempuan kelahiran Sangatta, 7 Oktober 1994 silam itu.

Anak pertama dari tiga bersaudara itu memulai jualan snack dan kertas warna-warni. Minat tersebut berganti saat masuk SMP. Ima–sapaan akrab–, mulai berjualan pulsa. Maklum, saat itu smartphone belum merajalela.

Bakat berdagang sepertinya turunan dari sang ibu yang memang bergelut di bidang jual-beli. Hingga memasuki fase putih abu-abu, saat istirahat belajar, Ima rajin mempromosikan barang dagangannya berupa alat kecantikan di akun media sosialnya. Pada 2012, dia lulus dari sekolah menengah kejuruan jurusan Geologi Pertambangan, dengan dukungan orangtua, Ima memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di Universitas Mulawarman jurusan Teknik Pertambangan. Hobi traveling mengelilingi Indonesia mengantarkan ke Kota Kembang. Melihat model dan harga baju yang lebih miring dibanding Kalimantan, jiwa berdagang bergejolak.

"Pas dibawa ke Sangatta banyak yang minat. Di situ lah saya mulai tertarik berjualan dan mencoba cari barang saat jalan-jalan ke Jakarta," ujarnya saat ditemui di toko pribadinya.

Promosi gencar dilakukan, putar balik modal diterapkan. Terus terjadi selama tiga tahun terakhir, hingga dirinya dinyatakan lulus sebagai Ahli Madya Pertambangan. Sempat menganggur setahun, sengaja dilakukan untuk fokus mengurus usahanya.

Di 2016, ia diberi uang Rp 30 juta untuk melanjutkan pendidikan. Namun, uang tersebut tidak sepenuhnya digunakan untuk mengenyam pendidikan. Ia memutarnya dengan membelikan stok baju lebih beragam dan peralatan gantungan. Serta mencoba menggunakan toko ibunya yang mulai tidak tergunakan.

"Saya ingat sekali, dikasih uang segitu cuma dipakai bayar pendaftaran S-1, sisanya untuk modal jualan dan ngisi toko yang diberi nama Taste Fashion. Jadi, umur toko dan S-1 saya itu sama," ujarnya.

Selama perkuliahan ahli jenjang, Ima membiayai seluruh kebutuhan kuliahnya dari hasil jualan. Berjualan baju perempuan dengan gaya terbaru merupakan metodenya menarik pelanggan. Hingga kini, dirinya bisa meraup pendapatan puluhan sampai ratusan juta per bulan.

"Modalnya itu uang yang saya pakai untuk kuliah S-1. Awalnya sambil kuliah tidak bisa nabung, omzet enggak sampai Rp 10 juta. Tapi alhamdulillah, pas lulus baru terasa uang itu dan bisa ditabung," imbuhnya. "Alhamdulillah, hasil jualan bukan cuma bisa menguliahkan saya, sudah punya properti sendiri, rumah, dan masih berusaha menabung untuk kebutuhan lain," ungkapnya. Untuk mencari barang di Sangatta memang cukup sulit. Mesti ke Jakarta. “Tahun ini paling sulit, saya sudah pesan tiket pesawat pulang-pergi sejak tahun lalu, eh ternyata ada Covid-19, akhirnya dibatalkan. Ingin refund tidak bisa, ya sudah diikhlaskan saja," tandasnya.

Hal lain, menurutnya sebagai sesama pedagang, ia kerap membantu pedagang lain untuk mempromosikan barang dagangan tanpa pungutan biaya. Alias pay promote (endorse) gratis. "Saya enggak pernah minta bayaran, banyak yang minta di-endorse, tapi saya batasi satu saja per hari. Itu pun syaratnya harus sabar," lanjutnya.

Ima merasa nyaman dan bahagia, meski jauh dengan ilmu yang diperoleh di SMK hingga kuliah, yakni dunia pertambangan, yang notabene Kutim sebagai daerah tambang. “Saya yakin, apa pun pekerjaannya, jika ikhlas dan diniatkan untuk ibadah, semua akan berjalan dengan seharusnya," tutupnya. (*/la/dra/k16)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Raffi-Nagita Dikabarkan Adopsi Bayi Perempuan

Senin, 15 April 2024 | 11:55 WIB

Dapat Pertolongan saat Cium Ka’bah

Senin, 15 April 2024 | 09:07 WIB

Emir Mahira Favoritkan Sambal Goreng Ati

Sabtu, 13 April 2024 | 13:35 WIB
X