Jawa Pos Radar Solo melaporkan, bagian lantainya tampak sudah diberi tanda penyekat dari lakban. Beberapa kali selter tersebut dicek, baik oleh BPBD maupun puskesmas.
’’Sebenarnya gedung utamanya bisa menampung pengungsi hingga 300 orang. Tapi, karena diterapkan protokol Covid-19, hanya 80 orang nanti,’’ kata petugas jaga selter pengungsian, Demakijo Triyono.
Triyono menjelaskan, penyekatan para pengungsi saat ini menggunakan lakban dengan cara ditempel di lantai. Setiap kotak memiliki ukuran sekitar 1 x 2 meter untuk satu orang. Tetapi, ke depan disekat dengan tripleks tebal.
Sementara itu, evakuasi warga dari KRB Merapi terus dilakukan. ’’Tadi malam (Kamis, 12/11) sudah menurunkan pengungsi dari Dusun Bakalan, Klakah, 150 orang. Masyarakat diimbau turun ke pengungsian sementara,’’ ungkap Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Boyolali Masruri kemarin (13/11).
Pihaknya berharap sistem sister village atau desa bersaudara antara Desa Klakah, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, dengan Desa Gantang, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, mampu meminimalkan dampak yang ditimbulkan apabila Gunung Merapi meletus. ’’Sudah kami koordinasikan. Semua sudah siap,’’ ujarnya.
Masih terkait dengan protokol juga, Panewu Cangkringan Suparmono menjelaskan, penyajian makan untuk para pengungsi diperhatikan secara khusus. Salah satu caranya dengan dibungkus.