Pengungsi Merapi di Tengah Pandemi, Kalau Makannya Prasmanan, Malah Rawan Penularan

- Sabtu, 14 November 2020 | 11:33 WIB
Anak anak pengungsi dari Desa Balerante, kecamatan Kemalang. Klaten.
Anak anak pengungsi dari Desa Balerante, kecamatan Kemalang. Klaten.

Sebagian pengungsi dan relawan di berbagai barak pengungsian mulai menjalani rapid test atau swab test. Kerja sama sister village diharapkan bisa menekan dampak jika Merapi benar-benar meletus.

 

SEVTIA E.N., Sleman-ANGGA P., Klaten-TRI W., Boyolali, Jawa Pos

GEDUNG sekolah dasar itu ramai lagi. Tapi, tentu bukan karena pelajaran tatap muka akan dimulai. Atau, karena bakal digelar rapat wali murid.

Ratusan orang meriung di SD Muhammadiyah Cepitsari, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Jogjakarta, itu karena mengungsi. Ini sebagai antisipasi peningkatan status Gunung Merapi menjadi siaga.

’’Kami juga sudah menyiapkan 30 sekolah lain untuk barak pengungsian, mulai gedung TK, SD, sampai SMP,’’ kata Kepala Dinas Pendidikan Sleman Ery Widaryana kepada Jawa Pos Radar Jogja (13/11).

Dan, sebagaimana tempat berkumpulnya banyak orang di masa pandemi, protokol kesehatan pun diterapkan di SD Muhammadiyah Cepitsari. Satu ruangan di sekolah tersebut, ruangan kelas VI, disiapkan sebagai ruang isolasi.

Saat ini sudah ada enam bilik yang disediakan dalam ruang kelas tersebut. ’’Ruangan dibuat setelah ada arahan dari Sri Sultan Hamengku Buwono X,’’ ujar Panewu Cangkringan Suparmono kemarin (13/11).

Mengungsi dalam kondisi bagaimanapun tentu tak nyaman. Ketika itu harus dilakukan di tengah pandemi seperti sekarang ini, ketidaknyamanan atau kerepotan yang dialami tentu berlipat.

Protokol kesehatan yang meliputi 3M (mencuci tangan, memakai masker, menjauhi kerumunan/menjaga jarak) tak boleh diabaikan. Belum lagi harus bersiap menjalani rapid test atau swab test.

Dan, itu tak cuma terjadi di Sleman. Tapi juga di berbagai barak pengungsian di Klaten, Boyolali, dan Magelang yang masuk wilayah Jawa Tengah. Merapi memang berada di wilayah dua provinsi: Jogjakarta dan Jawa Tengah.

Di barak pengungsian di Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, misalnya, kemarin pagi mulai diadakan swab test atau uji usap. ’’Ada swab test untuk para relawan dan pengungsi sebanyak 25 orang. Perinciannya bagaimana saya kurang tahu. Yang pasti acak,’’ jelas Kaur Perencanaan Pemdes Balerante, Kecamatan Kemalang, Jainu kepada Jawa Pos Radar Solo kemarin.

Jainu menjelaskan, swab test yang dilaksanakan itu bagian dari identifikasi terhadap pengungsi maupun relawan. Termasuk pencegahan persebaran Covid-19 di barak pengungsian.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klaten Sip Anwar menyatakan, pihaknya belum mengetahui pasti siapa saja yang menjalani swab test di barak pengungsian. Tapi, dia sudah berkoordinasi dengan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Klaten Cahyono Widodo.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X