Urusan infrastruktur hingga pelayanan publik menjadi perhatian. Ide dan teknis penyelesaian masalah pun diuraikan para kandidat.
SAMARINDA – Kualitas kebijakan pemerintahan tak hanya bersumber dari kepala daerah. Ada peran serta sang wakil dalam pengawasan internal pemerintah ,sehingga kebijakan yang diambil bersinergis dengan visi-misi serta program kerja yang diusung.
Dengan begitu, kapabilitas para wakil pun perlu diulik. Di Kota Tepian, tiga kandidat wakil wali kota Samarinda beradu gagasan dalam debat yang tersaji, Selasa (10/11) malam. Infrastruktur, narkotika, serta pelayanan publik jadi tema yang dipilih KPU Samarinda.
TEMA INFRASTRUKTUR
Penanganan banjir dan ruang terbuka hijau (RTH) jadi fokus utama yang bakal dikawal hingga terpilih. Menangani banjir dari merevitalisasi dan memperkuat peran Waduk Benanga dan Sungai Karang Mumus (SKM) mutlak dilakukan ketika terpilih nanti.
Calon wawali Muhammad Darlis misalnya. Pasangan Barkati itu menilai, Samarinda diberkahi dengan air yang berlimpah. Namun, hal itu justru terpatri di benak warga menjadi momok. “Jika bisa dikendalikan dan dikelola maksimal, bisa menyajikan potensi yang menumbuhkan perekonomian lewat wisata air,” ucapnya.
Pengendalian itu bakal tersentral pada Waduk Benanga dan tiga sungai di Kota Tepian. SKM, Sungai Karang Asam Besar, dan Sungai Karang Asam Kecil. Selain itu, Samarinda perlu memperkuat RTH yang bakal tersebar di 10 kecamatan.
“Sehingga ada daya dukung menahan air tak meluber ke jalan. Serta perlu kendali sektor galian, sehingga upaya mengendalikan bisa terjadi di ulu dan ilir persoalan,” sambungnya.
Rusmadi, calon wawali yang berduet dengan Andi Harun, menerangkan hal serupa untuk RTH. Yang jadi pembeda, menurut mantan sekprov Kaltim itu, RTH harus terdistribusikan ke sektor terkecil instrumen pemerintah; kelurahan.
“Perlu merata hingga kelurahan. Masalah semenisasi, drainase, hingga sanitasi bisa turun lebih jauh. Karena itu, kami menawarkan program Rp 100-Rp 300 juta per RT,” ulasnya.
Banjir yang berdampak pada arus lalu lintas menuju Bandara APT Pranoto jadi salah satu titik krusial. Menurut Rusmadi, perlu mengevaluasi secara rinci sejauh mana penanganan jangka panjang dan pendek mengurai persoalan tersebut.
“Membuat jalan alternatif memang bisa dalam jangka pendek. Namun, ini hanya menegasikan masalah. Bukan menuntaskan. Makanya perlu pengendalian kanal dan sungai yang maksimal,” bebernya.
Sementara calon wawali independen Sarwono menganggap daya tampung drainase hingga sungai tak bisa melulu jadi penyebab banjir di Samarinda. Menurut pasangan Zairin Zain itu, perlu pula menyediakan zona penyangga agar air bisa terkendali. “Memperbanyak RTH. Kalau perlu, digalakkan satu warga menanam tiga pohon,” katanya.