Bahagia Sekali Kalau Pasien Sudah Sembuh Corona

- Selasa, 10 November 2020 | 15:51 WIB
Elies Pitriani
Elies Pitriani

Sembilan bulan sudah berlalu. Pandemi Covid-19 belum juga berakhir. Virus yang pertama kali terdeteksi di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok tersebut masih melanda Indonesia, termasuk Kota Balikpapan. Paramedis yang menjadi garda terdepan pun terus berjuang. Sebab, pasien yang positif terpapar oleh virus berbahaya tersebut masih bertambah di setiap harinya.

 

Mereka bekerja dalam konsekuensi yang berat. Terus dilakukan setiap harinya. Menjadi sosok tumpuan untuk banyak orang, tak pernah pamrih atas segala kerja kerasnya. Bahkan keselamatan nyawa sendiri terkesampingkan. Elies Pitriani, seorang Dokter Spesialis Paru di Rumah Sakit Pertamina Balikpapan (RSPB) berbagi kisah tentang bagaimana kondisi yang harus dihadapinya saat bekerja di tengah pandemi ini.

Wanita berjilbab itu harus menghabiskan hari-hari bersama para tenaga medis lainnya untuk mengobati pasien yang terinfeksi. Ia pun ingat betul pertama kali mendiagnosa pasien itu pada bulan Februari 2020 lalu. Rasa cemas, takut, dan khawatir tertular virus berbahaya ini selalu tersemat di benaknya. Ia sangat khawatir membawa virus itu ke keluarganya. Kemudian takut menginfeksi ke teman-teman perawat di sekitarnya.

“Awal-awalnya takut dan khawatir. Itu pasti. Sebagai dokter dan juga perawat kami memiliki leluarga di rumah. Takut membawa virus ini ke keluarga saya. Takut menginfeksi perawat-perawat di sekitar saya. Dan yang ke tiga saya takut tidak bisa mengobati dengan baik ini pasien,” cerita Elies sapaan akrab dr. Elies Pitriani (8/11).

Kekhawatiran itu pun menimbulkan masalah lain. Menguras energi psikis para tenaga medis. Karena membuat imunitas turun. “Waktu itu saya sempat menangis. Karena kaget, ternyata betul penyakit ini memang ada,” kata Elies. Namun, semua kekhawatiran itu bisa diatasi seiring perjalanan waktu. Elies mulai yakin dan memupuk kepercayaan diri dengan membaca untuk mencari tahu tentang penyakit baru ini.

Ternyata penyakit yang menyedot perhatian dunia itu memiliki seribu wajah. Tidak murni hanya penyakit dengan gejala seperti demam, batuk dan pilek. “Semakin hari pengetahuan kami tentang virus ini terasah terus. Ternyata penyakit baru ini enggak cuma batuk, sesak dan demam. Beberapa organ juga terkena,” ujar Elies.

Karena sudah yakin untuk mendedikasikan ilmu dan kemampuannya dalam penanganan Corona, otomatis kesadaran diri meningkat dengan sendirinya. Wanita murah senyum ini pun lebih awas dalam segi kesehatan dan kebersihan. Dia juga mulai menjaga jarak dengan keluarganya di rumah.

“Saya harus berpisah dengan keluarga di tempat yang lain. Alhamdulillah kami di fasilitasi oleh rumah sakit. Tenaga medis yang menangani pasien Covid-19 dilakukan screening yang sangat ketat dengan PCR rutin. Saya setiap dua Minggu di swab,” tuturnya. Elies menyampaikan apresiasi yang tinggi atas kerja keras dan dedikasi tenaga medis yang ada di seluruh Indonesia. Mengorbankan kepentingan pribadi di atas kepentingan masyarakat pada umumnya.

Ia pun berharap agar masyarakat juga bisa mensuport para tenaga medis. Jangan sampai saling tuduh menuduh, menganggap ini konspirasi. “Itu yang kadang kami sebagai medis agak sedih. Kami di sini itu berjuang untuk kalian, mari kita berjuang bersama. Jangan kita dianggap ini konspirasi. Semoga masyarakat semakin bijak bahwa penyakit ini memang ada,” ujarnya.

Elis melanjutkan, selama merawat pasien ada duka dan sukanya. Dukanya adalah saat pasien tidak terima dan marah-marah ketika didiagnosa. “Pasiennya marah-marah tidak terima. Itu sangat sering. Tapi percayalah, jangan pernah punya pikiran bahwa rumah sakit dan tenaga medis manapun mengcovidkan pasien itu tidak ada dan tidak benar. Kami juga ingin tidak ada pasien Covid makin banyak. Tidak senang. Tapi Kami berharap semua masyarakat di Indonesia bisa sembuh dan sehat selalu,” ungkapnya.

Sukanya adalah ketika pasien yang ditangani bisa sembuh. Bagi Elis, kesembuhan pasien adalah kebahagiaan dirinya. Ucapan terimakasih dari para pasien pun membuatnya sampai berlinang air mata. “Senangnya banyak banget. Pasien kalau sudah sembuh, hal yang kecil saja ucapan mereka berbahagia karena sembuh itu membuat saya berlinang air mata. Sampai hal kecil pun mereka ingat dengan saya. Itu yang luar biasa. Saya berterima kasih kepada pasien saya yang telah mempercayakan pengobatan di RSPB,” tuturnya.

Para pasien, lanjut Elis, menganggap bahwa suport dari tenaga medis sangat luar biasa untuk kesembuhannya. Bagi mereka kesembuhan tidak hanya karena terapi atau obat saja, tapi pesikis suport dari para dokter.
“Makanya kami di RSPB memberikan asupan selain untuk pengobatan Covidnya juga asupan pendampingan dari segi psikisnya. Kemudian pendampingan gizi dan suport dari para dokter. Itu kata pasien sangat luar biasa,” sebutnya.

Sampai sekarang jumlah pasien yang menjalani perawatan terkait penularan Covid-19 masih belum bertambah di Balikpapan. Elies bersama tenaga medis lainnya berusaha sebaik mungkin untuk mendukung penanggulangan wabah.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X