Khusus program perlindungan sosial, Budi meyakinkan bakal terealisasi 100 persen akhir tahun ini. Sebab, pencairannya memang terjadwal. Akhir pekan ini, misalnya, dimulai penyaluran bantuan subsidi upah (BSU) tahap kedua kepada 12,4 juta penerima.
Upaya memaksimalkan anggaran paling besar memang berada di sektor perlindungan sosial. Baik yang dikelola Kementerian Sosial maupun Kementerian Tenaga Kerja dan Kementerian Desa.
Sementara itu, ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abra P.G. Talattov mengatakan, tren pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV sangat ditentukan oleh kecepatan pemerintah mengeksekusi belanja negara dan realisasi stimulus PEN. Sebab, mayoritas komponen pembentuk PDB terkoreksi cukup dalam. Misalnya, konsumsi rumah tangga -4,04 persen; investasi -6,48 persen; ekspor -10,28 persen; dan impor -21,86 persen. ’’Jadi, nggak bisa terlalu berharap banyak pada pemulihan komponen-komponen tersebut,’’ ucap Abra.
Padahal, konsumsi rumah tangga berkontribusi ke PDB hingga 57 persen. Artinya, efektivitas stimulus fiskal tidak dieksekusi dengan cepat. Nyatanya, realisasi stimulus PEN baru 52 persen per 28 Oktober lalu.
Masih meningkatnya kasus harian Covid-19 juga membuat daya beli masyarakat belum bangkit. Masyarakat belum percaya diri untuk membelanjakan uang. Akibatnya, konsumsi rumah tangga terhambat. Itu juga tecermin dari pertumbuhan dana pihak ketiga pada September menjadi 12,8 persen secara year-on-year dari 11,64 persen pada bulan sebelumnya. ’’Ini membuktikan banyak masyarakat yang memilih untuk menabung,’’ katanya. Di sisi lain, pertumbuhan kredit hanya 0,12 persen. Artinya, dunia usaha juga pesimistis akan perbaikan ekonomi dalam jangka pendek. ’’Itu yang mengakibatkan konsumsi rumah tangga masih terkontraksi,’’ sambung Abra.
Di sisi lain, pelaku usaha menilai bahwa hasil pertumbuhan ekonomi kuartal III yang minus dan menjadikan Indonesia berstatus resesi bukan suatu kejutan. Bahkan, menurut Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani, tekanan ekonomi masih akan berlanjut hingga sepanjang tahun depan di hampir semua sektor. Upaya recovery diprediksi lebih sulit jika vaksin lebih lambat ditemukan. ’’Sebab, yang dibutuhkan saat ini adalah menciptakan perbaikan konfidensi yang menurun cukup signifikan di masyarakat untuk melakukan ekspansi kegiatan ekonomi,’’ ujarnya. (dee/byu/agf/lyn/han/c19/fal)