JAKARTA– Sesuai dengan prediksi, Indonesia kini resmi mengalami resesi. Dua kuartal berturut-turut capaian pertumbuhan ekonomi Indonesia minus. Meski demikian, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengklaim bahwa masa-masa sulit ekonomi telah terlewati.
Dia menyatakan, tren perbaikan terjadi pada kuartal III. ’’Perbaikan atau turning point di kuartal III menunjukkan the worst is over. Hal terburuk dari dampak Covid-19 yang terjadi di kuartal II sudah kita lewati dan sekarang kita dalam tahap pemulihan,’’ kata Sri Mulyani.
Kemarin (5/11) Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi kuartal III terkontraksi -3,49 persen. Sebelumnya, pada kuartal II, pertumbuhan ekonomi juga negatif, yakni -5,32 persen. Inilah resesi pertama Indonesia dalam dua dekade terakhir. Pada 1998, krisis ekonomi membawa pertumbuhan ekonomi RI berada di titik terendah, yakni -13,13.
Kepala BPS Suhariyanto menggarisbawahi, meski ekonomi pada kuartal III tercatat minus, sejatinya realisasi tersebut membaik jika dibandingkan dengan raihan kuartal II. Itu terlihat pada beberapa indikator. Di antaranya, mayoritas lapangan usaha mulai merangkak tumbuh. ’’Masih kontraksi, tapi tidak sedalam kuartal II dan arahnya harus diperbaiki dengan semangat optimisme bersama,’’ jelasnya.
Jika dilihat dari lapangan usaha pada kuartal III, sektor transportasi dan pergudangan mengalami kontraksi paling dalam, yakni -16,7 persen. Kontraksi itu membaik jika dibandingkan dengan kuartal II yang tertekan hingga -30,80 persen. ’’Kalau menurut subsektor, yang mengalami penurunan paling dalam adalah angkutan udara,’’ imbuh Suhariyanto.
Subsektor angkutan udara tercatat -63,88 persen. Lalu, angkutan rel -51,11 persen; pergudangan dan jasa penunjang angkutan, pos, dan kurir -17,57 persen; angkutan sungai, danau, dan penyeberangan -13,51 persen; angkutan laut -5,27 persen; serta angkutan darat -5,03 persen. Di sisi lain, sektor pertanian tercatat berhasil tumbuh 2,15 persen lantaran ada panen raya padi pada triwulan III.
Dari kelompok pengeluaran, realisasi belanja pemerintah berhasil menahan kontraksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal III. Suhariyanto memerinci, konsumsi pemerintah tumbuh 9,76 persen. ’’Pertumbuhan konsumsi pemerintah karena ada kenaikan realisasi belanja bansos serta belanja barang dan jasa yang jauh lebih tinggi dari posisi triwulan II 2020,’’ paparnya.
Secara terpisah, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto meyakinkan, meskipun masih minus, tren pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah bergerak positif. ’’Dan, tentu kita berharap nanti di kuartal IV trennya positif, (yakni) -1,6 atau 0,6,’’ ujar Airlangga di kantor presiden kemarin.
Tren positif itu terlihat dari adanya perbaikan pada kuartal III. Bila dihitung kuartal per kuartal, perekonomian Indonesia tumbuh 5,05 persen. Artinya, ada lompatan pada kuartal III. PDB kuartal III naik menjadi Rp 3.895 triliun. Kemudian, konsumsi rumah tangga naik menjadi 4,7 persen. Konsumsi pemerintah juga masih positif di angka 16,93 persen.
Secara year-on-year, memang masih banyak pertumbuhan yang merah. ’’Tapi, masih ada kuartal depan, kuartal IV,’’ lanjut Airlangga.
Pemerintah, kata Airlangga, melakukan berbagai intervensi, termasuk mendorong stimulus ekonomi. Dari keseluruhan anggaran penanganan dampak Covid-19 sebesar Rp 695 triliun, per 2 November lalu dilaporkan telah diserap dana Rp 366,86 triliun.
Menurut dia, tekanan utama terdapat pada sektor ketenagakerjaan. Angka pengangguran masih sekitar 5 persen. Jumlah pekerja informal masih tinggi. Ditambah angkatan kerja baru tahun ini yang mencapai 2,9 juta orang. Pemerintah berharap UU Cipta Kerja mampu mendorong penyerapan angkatan kerja tersebut di berbagai sektor.
Sementara itu, Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa menjelaskan, kenaikan-kenaikan tersebut menunjukkan bahwa adaptasi ekonomi Indonesia selama pandemi tergolong baik. Rata-rata di atas negara-negara lain, termasuk di kawasan ASEAN. ’’Kebijakan yang diambil pemerintah sekurang-kurangnya menunjukkan responsif dan adaptif terhadap perkembangan,’’ terangnya.
Pemerintah, lanjut Suharso, tetap akan mencari keseimbangan. Tidak hanya mengutamakan kesehatan dan mengabaikan ekonomi, tetapi juga mencari jalan untuk memperbaikinya secara bersama-sama. Dengan konsumsi pemerintah yang tumbuh setidaknya sama dengan kuartal III, diharapkan kuartal IV ditutup dengan pertumbuhan mendekati 0 persen.