Teladan Kepahlawanan

- Jumat, 6 November 2020 | 12:17 WIB

//HIKMAH JUMAT//

 

Bambang Iswanto

Dosen Institut Agama Islam Negeri Samarinda

 

 

HARI Pahlawan tidak bisa dilepaskan dari sejarah perjuangan umat muslim. Meski bukan hanya umat muslim yang berjuang, harus diakui umat muslim memiliki porsi besar dalam peristiwa 10 November 1945, sebagai dasar penetapan Hari Pahlawan.

Jejak sejarah menunjukkan bahwa gema takbir sudah menjadi “viral” di seantero Jawa dan Surabaya, sebelum peristiwa 10 November. Gema itu menjadi pemicu semangat rakyat untuk berjihad melawan penjajah. Mereka siap mati di medan perang. Perang melawan Belanda tidak dimaknai sebagai perang biasa, tapi jihad melawan kezaliman untuk membebaskan belenggu penjajahan.

Perang dengan risiko terburuk kematian tidak menjadi penghalang untuk dilakoni. Kematian justru dikejar, karena kematian melawan ketertindasan adalah kematian mulia yang berganjar surga. Sebuah kematian berstatus husnul khatimah dengan label syahid.

Selain motivasi syahid untuk mempertahankan kemerdekaan, susah menalar bagaimana rakyat mau bergerak secara sukarela, berbondong-bondong terpanggil melawan penjajah. Mereka tahu yang dihadapi adalah musuh yang memiliki senjata yang lebih lengkap dan canggih. Sementara rakyat Indonesia saat itu kebanyakan hanya mengandalkan senjata seadanya.

Panggilan perang yang dibahasakan dengan “Resolusi Jihad” yang diserukan oleh KH Hasyim Asy’ari menjadi pelecut untuk terjun ke medan perang. Ditambah lagi gema takbir yang membahana di mana-mana menjadi minyak pembakar semangat yang menihilkan rasa takut.

Resolusi Jihad dan semangat berkobar melawan penjajah pada saat itu, hampir dipastikan tidak lepas dari semangat yang dicontohkan oleh Rasulullah. Rasulullah merupakan contoh terbaik pemimpin yang membangun semangat patriotisme kepahlawanan kepada umat dan rakyatnya.

Pembangun motivasi dan pembakar jiwa patriotisme tecermin jelas dari perang-perang yang diikuti Rasul dalam rangka mempertahankan diri dari kelaliman kaum lain. Perang Badar misalnya, rasio perbandingan jumlah kaum muslimin dengan musuh tidak seimbang.

Kira-kira satu banding tiga, 313 tentara muslim melawan 1.000-an tentara musuh. Rasulullah mampu membangkitkan semangat kaum muslim untuk tidak gentar dengan ketidakseimbangan kuantitas.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X