DUNIA seni dan budaya memang sudah digemari Rahmad Azazi Rhomantoro sejak duduk di bangku sekolah dasar (SD). Kegemarannya itu membuatnya aktif. Bahkan mendirikan Sanggar Seni Perintis (Sasentis) 2014 silam.
Merangkul anak muda Samarinda, ia rutin menghasilkan karya setiap tahun. Bukan hanya pertunjukan teater, film pendek berdasarkan fenomena yang terjadi di masyarakat juga jadi karyanya. Terbukti, ia mampu mencuri animo masyarakat. Ribuan mata menyaksikan pertunjukan pemuda yang akrab disapa Azazi itu. "Setiap tahunnya kami memang selalu buat kegiatan pertunjukan. Dasarnya ada tiga kami kolaborasikan. Tari, bisa modern kontemporer atau tradisional. Terus kami gabungkan dengan teater dan musik. Musiknya bisa modern dan tradisional juga," ungkapnya.
Keaktifan sebagai inisiator penggerak pemuda itu juga menghantarkan namanya berkancah di event nasional, yang diadakan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Bersaing dengan seluruh pemuda se-Indonesia, Azazi mampu menyabet posisi dua di bidang agama, sosial, dan budaya di peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-92 lalu.
Di balik keberhasilan, pemuda kelahiran Balikpapan, 26 Februari 1994 itu mengaku sebenarnya kurang tahu soal keberadaan event yang diikuti. Keikutsertaannya setelah diberikan saran dari rekannya.
"Sebenarnya saya juga enggak tahu. Bukan seperti orang yang tahu ada event dan ikut. Terus ada beberapa senior yang kasih saran bagus kalau ikut event itu (kepemudaan). Akhirnya ikut," kenang alumnus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Samarinda tersebut.
Orientasi Azazi saat mengikuti lomba bukan untuk menang. Melainkan lebih ke kompetensi dalam memaksimalkan diri di masyarakat.
"Orientasinya soal kompetensi diri saat itu. Karena namanya pelopor, jadi harus yang menginisiasi," terang pemuda yang piawai bermain alat musik itu.
Walau Azazi telah dinobatkan sebagai Duta Pemuda Kaltim, dirinya belum berpuas diri. Apalagi besar kepala. Kembali terjun dalam kegiatan sosial, ia mengembangkan Tirtonegoro Foundation yang didirikan 2017 lalu. Bertujuan dalam aspek pengembangan literasi, inovasi, dan teknologi.
"Jadi, itu tempatnya anak-anak bermain dan membaca. Sasentis itu saya masukkan juga ke Tirtonegoro Foundation, yang tahun ini sudah dibuatkan akta notarisnya," jelas pria berambut ikal itu. "Jadi, kami bina adik-adik di kawasan marginal. Kalau privat juga kan bayar, kalau kami gratis," tambahnya.
Anak-anak didikannya pun tak kalah saing. Terbukti dalam beberapa event nasional, anak didikan Tirtonegoro Foundation juga ikut bersaing. Bahkan masuk 10 besar.
"Kalau kami ada event, anak-anak itu diikutsertakan. Alhamdulillah, terakhir ada yang masuk 10 besar dai cilik nasional," jelasnya.
Tahun ini Azazi ingin membuat hasil karya terbaru. Kemungkinan besar mengangkat soal fenomena pandemi. Nantinya ditampilkan dalam pertunjukan teater.
"Kalau sekarang pandemi ya mungkin akan angkat pandemi dengan sudut pandang tertentu. Tapi saya lebih senang dari kalangan bawah, soal realitas. Lebih nyata aja gitu," pungkasnya. (*/dad/dra/k16)