Sumpah Pemuda, Rasulullah, dan Persatuan

- Jumat, 30 Oktober 2020 | 10:00 WIB

Bambang Iswanto

Dosen Institut Agama Islam Negeri Samarinda

 

 

SUMPAH Pemuda 1928 merupakan peristiwa sangat bernilai dalam sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Kongres Pemuda dan Sumpah Pemuda meneguhkan komitmen komponen-komponen anak bangsa untuk bersatu di bawah rumah besar yang bernama bangsa Indonesia.

Dengan Sumpah Pemuda, kesadaran kolektif tentang persatuan adalah keniscayaan untuk meraih kemerdekaan. Ikhtiar paling ampuh untuk bisa merdeka dari tangan penjajah adalah bersatu melawan penjajah. Harus bertumpah darah satu Tanah Air Indonesia, berbangsa satu bangsa Indonesia, dan menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia.

Sumpah Pemuda membuka mata para pemuda yang berbeda agama, suku, ras, dan bahasa bukanlah rintangan untuk mewujudkan cita-cita bersama, yaitu kemerdekaan. Komitmen kebangsaan yang diungkap dalam sumpah pemuda juga semakin memberi motivasi kuat untuk semakin mencintai Tanah Air dan semangat rela berkorban untuk mempertahankan kedaulatan bangsa dan negara.

PEMUDA PEMERSATU

Peringatan Sumpah Pemuda saat ini waktunya beririsan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Jika dicermati, ternyata terdapat benang merah antara Rasulullah dan semangat membangun persatuan. Seperti yang diberitakan dalam sejarah, Rasulullah adalah tokoh pemersatu.

Dalam usia 35 tahun yang masih tergolong pemuda, Rasul pernah mempersatukan empat kabilah besar di Makkah. Saat itu, keempat kabilah bertikai dalam menentukan siapa yang paling berhak meletakkan Hajar Aswad ke tempat semula setelah dipugar.

Hampir pecah perang besar di antara mereka sebelum ada tawaran dari Umayyah bin al-Mughirah al-Makhzumi. Tokoh Quraisy itu menyampaikan bahwa yang berhak meletakkan Hajar Aswad ke tempatnya adalah orang yang pertama kali datang ke Masjidilharam. Tawaran diterima oleh keempat kabilah.

Muhammad, datang ke Masjidilharam lebih awal dari siapa pun. Berdasarkan hasil kesepakatan, beliau dinyatakan yang paling berhak mendapat kehormatan meletakkan Hajar Aswad ke tempatnya.

Kesempatan yang diberikan bersifat pribadi. Namun, Muhammad tidak menggunakan untuk kepentingan pribadi. Tapi, lebih memikirkan agar kesempatan yang pribadi dikonversi menjadi kemaslahatan bersama.

Hajar Aswad tidak diangkat sendiri. Beliau membentangkan surban yang dipakai, lalu meletakkan Hajar Aswad di tengah-tengah. Perwakilan empat kabilah diminta memegang masing-masing sudut yang berjumlah empat, untuk mengangkat batu secara bersamaan. Setelah sampai di peletakan batu, Muhammad mengangkatnya kembali untuk diletakkan pada tempatnya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X