SAMARINDA – Berbulan-bulan pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) belum bisa tertangani. Penyebarannya masih terus terjadi. Meski beberapa aktivitas perlahan normal, skema pendidikan masih menerapkan kegiatan belajar-mengajar (KBM) sistem dalam jaringan (daring), alias online.
KBM secara langsung bisa dilakukan hanya untuk wilayah zona hijau atau kuning. Sementara yang masih berada di zona oranye dan merah mau tak mau mengikuti skema pembelajaran daring. "Belum (tatap muka) boleh, kecuali zona hijau atau kuning," ujar Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Samarinda Asli Nuryadin. Namun, meski pembelajaran daring sudah berjalan sekitar tujuh bulan, pelbagai permasalahan dihadapi. Blank spot atau daerah tanpa jaringan internet menjadi salah satu permasalahan yang benar-benar diperhatikan. Wilayah pinggiran ibu kota Kaltim rupanya masih ada yang belum terjamah jaringan internet.
Selain itu, dari data dihimpun Disdik Samarinda, 6,7 persen atau sekitar enam ribu siswa tak memiliki smartphone sebagai penunjang pembelajaran jarak jauh. Tentu saja permasalahan tersebut harus ditemukan solusinya untuk mengoptimalkan KBM. Dua permasalahan klasik tersebut sejatinya telah disampaikan ke Disdik Samarinda, hanya belum ada realisasi. Proses pembelajaran peserta didik jadi terganggu.
"Sudah saya sampaikan. Namun, selama tiga bulan ini pasti sudah berkurang, mungkin sekitar 2.000 aja lagi. Tapi harus diverifikasi dulu," jelasnya. Tak hanya permasalahan gawai, blank spot juga telah disampaikannya. Sayang, nasibnya sama dengan permasalahan gawai. Belum ada tindak lanjut dari Pemkot Samarinda. "Setidaknya di pemerintah bisa bekerja sama dengan pihak provider untuk memberikan layanan wifi di sekolah. Selain untuk memperkuat jaringan, hal itu untuk memberikan layanan jaringan ke peserta didik yang belum mendapatkan bantuan kuota," kuncinya. (*/dad/dra/k16)