Menelisik Jejak Pengurangan Karbon

- Jumat, 30 Oktober 2020 | 12:36 WIB

Oleh:

Muhammad Wahdini

Penggerak Gerakan Bangsaku, Warga Balikpapan

 

ADA yang menarik dalam peluncuran gawai iPhone 12 baru-baru ini. Melalui sebuah acara virtual yang digelar pada peluncuran lini produk terbarunya itu, Apple sekaligus menjawab beberapa rumor yang beredar belakangan ini. Rumor tersebut terkait penjualan iPhone baru yang hadir tanpa paket pengisian daya alias charger dan aksesoris earphone (Jawapost.com 14/09).

Uniknya lagi, alasan tidak disertakannya kedua alat pendukung smartphone itu yaitu terkait alasan lingkungan. Ini menjadi upaya Apple untuk mencapai carbon-neutral pada 2030 di seluruh siklus bisnis: dari proses penambangan, manufaktur, perakitan, hingga transportasi dan logistik.

Carbon-netral adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menyeimbangkan antara jumlah karbondioksida atau gas rumah kaca yang dilepaskan ke atmosfer dengan cara mengurangi emisi gas rumah kaca dalam suatu kegiatan yang yang dilakukan perusahaan, atau mengeliminasi secara total emisi gas rumah kaca.

Dengan tidak menyertakan earphone dan pengisi daya, membuat dus iPhone lebih kecil, ringan, dan ramah lingkungan. Akibatnya proses logistik dan pengangkutan akan 70 persen lebih efisien.

Walau langkah ini dianggap sebagian kalangan sebagai strategi penjualan dengan mengharuskan membeli unit charger secara terpisah, namun upaya mengurangi jejak karbon sebagai bagian strategi jangka panjang perusahaan perlu jadi perhatian.

Lalu pertanyaan mendasar kemudian muncul, apa itu jejak karbon? Mengapa ini menjadi penting untuk diperhatikan?

MENGENAL JEJAK KARBON

Kebiasaan dan gaya hidup manusia di era saat ini berdampak baik langsung maupun tidak langsung bagi lingkungan hidup. Setiap kegiatan yang dilakukan dan barang-barang yang kita gunakan dan konsumsi tidak hadir begitu saja. Ada proses yang menyertainya, dari ekstraksi bahan baku, proses produksi, proses distribusi, hingga akhirnya sampai di tangan pasti meninggalkan jejak emisi karbon.

Mengapa demikian? Sebab, hampir di seluruh kegiatan tersebut membutuhkan sumber energi yang saat ini sebagian besar berasal dari bahan bakar fossil yang tak terbarukan seperti minyak bumi, gas alam, dan batu bara. Dari pembakaran bahan bakar tersebutlah, emisi dihasilkan dan berakibat pada peningkatan gas rumah kaca.

Gas rumah kaca adalah gas di atmosfer bumi yang menyerap dan memantulkan kembali radiasi sinar matahari ke bumi. Aktivitas manusia belakangan ini menyebabkan produksi gas rumah kaca semakin meningkat. 

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X