BALIKPAPAN – Sesuai instruksi wali kota Balikpapan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Balikpapan siap menggelar simulasi kegiatan belajar-mengajar tatap muka. Namun, tentu tidak semua wilayah kelurahan di Balikpapan bisa melakukan kegiatan tersebut.
Kepala DKK Balikpapan Andi Sri Juliarty membenarkan rencana simulasi belajar tatap muka. Kegiatan ini bisa dilakukan di daerah yang termasuk zona kuning. Pihaknya selaku Satgas Penanganan Covid-19 Balikpapan telah menyampaikan data wilayah zona kuning kepada Disdikbud Balikpapan.
“Kita sudah kirim datanya ke Pak Muhaimin (kepala Disdikbud), nanti tinggal beliau memilih wilayah mana,” ucapnya. Sesuai dengan aturan Kementerian Kesehatan dan surat keputusan bersama (SKB) empat menteri menyatakan zona kuning dapat diperbolehkan menggelar kegiatan belajar mengajar tatap muka.
Perempuan yang akrab disapa Dio ini mengatakan, contoh zona kuning di Kota Minyak, yakni Kariangau dan Teritip. Ada pun penentuan kedua zona ini bisa menggelar belajar secara langsung dilihat dari jumlah kasus yang kecil. “Iya sudah kita sampaikan (rekomendasi) ke Pak Muhaimin,” sebutnya.
Sebagai informasi, jumlah terkonfirmasi positif di Kelurahan Kariangau sebanyak dua kasus dan Kelurahan Teritip satu kasus. Bahkan menjadikan wilayah dengan jumlah terkecil kasus positif dari seluruh kelurahan di Kota Beriman. “Iya jadi sudah memungkinkan (belajar tatap muka),” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Disdikbud Balikpapan Muhaimin menyebutkan, pihaknya masih melihat wilayah mana yang termasuk zona kuning dan zona hijau untuk bisa dilakukan simulasi. Mengingat wilayah dengan dua status ini yang diperbolehkan menjalankan kegiatan belajar secara langsung.
“Nanti kita lihat di wilayah aman ini ada sekolah apa saja,” ucapnya. Baik berapa sekolah PAUD, SD, SMP, dan SMA yang bisa menggelar simulasi. Dia menegaskan, simulasi akan berjalan dengan protokol kesehatan ketat. Mulai dari pemeriksaan suhu tubuh, mencuci tangan, dan menjaga jarak minimal 1,5 meter.
“Itu pun jam belajar dikurangi tidak seperti keadaan normal. Kemudian jumlah siswa maksimal 50 persen dari kapasitas,” bebernya. Sehingga sekolah juga harus bersiap untuk menerapkan seluruh standar protokol kesehatan. Termasuk mengatur waktu datang dan jemput siswa bergantian agar tidak menumpuk bersamaan. (gel/ms/k15)