Dampak Covid-19 Lebih Terasa Dibanding Pemilu AS

- Kamis, 29 Oktober 2020 | 12:53 WIB
Sri Mulyani
Sri Mulyani

JAKARTA– Pandemi Covid-19 diyakini masih membayangi perekonomian RI. Menteri Keuangan Sri Mulyani bahkan menyebut bahwa dampak pandemi lebih terasa dibandingkan sentimen pemilu AS.

Ani menjelaskan, sejumlah negara seperti Inggris, Spanyol, Italia, Prancis, maupun AS kini kembali melakukan lockdown. Hal itu disebabkan karena kekhawatiran terjadinya gelombang kedua Covid-19.

‘’Kenaikannya cukup tinggi yang menimbulkan kekhawatiran mengenai control ability dan kemungkinan munculnya second wave (pandemi covid-19),’’ ujarnya di Jakarta.

Dengan kondisi itu, mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu yakin, pemilu AS yang dihelat 3 November nanti tak akan banyak membawa pengaruh ekonomi ke dalam negeri. Investor juga disebutnya sudah melakukan berbagai strategi untuk mengantisipasi kemungkinan yang terjadi.

‘’Untuk sisi politik, saya rasa dari sisi pasar keuangan sudah price in dinamika yang terjadi di AS. Dan saya rasa itu akan terus menjadi dinamika dari keseluruhan geopolitik di dunia ini, yang menjadi faktor menentukan untuk keseluruhan momentum dan sentimen positif,’’ jelas Ani.

Pemerintah pun juga terus memonitor kondisi pasar keuangan global dan dampaknya ke Indonesia. Ani yakin, melalui berbagai kegiatan dan strategi, Indonesia tetap memiliki reputasi yang baik dan positif di mata dunia.

Dengan begitu, masih akan ada prospek cerah dari capital inflow yang mengalir ke negara emerging market. ‘’Kita bisa berharap terjadinya normalisasi dari capital inflow ke emerging market, diperkirakan mungkin akan terjadi di kuartal IV atau di awal tahun depan,’’ jelasnya.

Sebelumnya, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut, pemerintah terus berupaya mengembalikan ekonomi Indonesia ke jalur positif. Sejumlah indikator pun menunjukkan tren membaik, mulai dari realisasi penanaman modal, neraca perdagangan, inflasi, kinerja pasal modal, stabilitas sektor jasa keuangan, hingga ketahanan sektor eksternal.

Hal itu sejalan dengan proyeksi beberapa lembaga internasional yang meramal ekonomi global akan terkoreksi tahun ini namun akan membaik di tahun depan. Airlangga memerinci, pertumbuhan Indonesia diproyeksi IMF -0,3 persen. Sementara, World Bank 0 persen, ADB -1 persen dan OECD -3,3 persen.

Sedangkan proyeksi di tahun 2021 seluruhnya positif. IMF memprediksi 6,1 persen, World Bank 4,8 persen, ADB 5,3 persen, dan OECD 5,3 persen.

Dia melanjutkan, realisasi penanaman modal hingga September 2020 sebesar Rp 611,6 triliun atau tumbuh 1,7 persen (yoy). Capaian tersebut mencakup 74,8 persen dari target penanaman modal di tahun 2020 sebesar Rp 817,1 triliun.

‘’Secara kumulatif, penyerapan tenaga kerja dari penanaman modal tersebut hingga September 2020 mencapai 861.581 tenaga kerja atau naik 22,50 persen (yoy) dibanding tahun lalu,’’ ujar ketum partai Golkar itu.

Pemerintah mengaku, pandemi Covid-19 menyebabkan bertambahnya jumlah pengangguran. Sebelum pandemi terdapat 6,9 juta pengangguran, belum termasuk 3,5 juta pekerja yang di-PHK atau dirumahkan, dan 3 juta angkatan kerja baru yang setiap tahun membutuhkan pekerjaan. Sehingga total kebutuhan lapangan kerja baru mencapai sekitar 13,4 juta.

‘’Salah satu program pemerintah untuk mengatasi masalah pengangguran tersebut adalah dengan Kartu Prakerja,’’ tutur Airlangga. (dee)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Garuda Layani 9 Embarkasi, Saudia Airlines 5

Senin, 22 April 2024 | 08:17 WIB
X