Kecelakaan bukan sekali dua kali terjadi di Jalan Otto Iskandardinata, Kelurahan Sungai Dama, Kecamatan Samarinda Ilir, tepatnya di Gunung Manggah. Bukan hanya menyebabkan kerugian materiil, kecelakaan juga pernah merenggut nyawa pengendara yang melintas. Sayang, beberapa rencana yang sebelumnya dibahas hanya seperti angin lalu.
SAMARINDA – Kemiringan yang mencapai 40 derajat membuat tanjakan yang terletak di Jalan Otto Iskandardinata (Otista) kerap membuat kendaraan tak mampu menaklukkannya. Ruas jalan yang terbilang sempit, membuat kendaraan kerap mengular. Terlebih di jam padat. Pagi dan sore. Kemacetan terjadi di kedua arah, baik sisi Jalan Sultan Alimuddin atau dari Jembatan Sungai Dama.
Sejatinya, pembahasan untuk mengatasi kesemrawutan Jalan Otista sudah dilaksanakan Februari lalu. Setelah kecelakaan yang merenggut empat nyawa sekaligus.
Pihak eksekutif maupun legislatif getol membahas solusi di Jalan Otista. Berbagai solusi akhirnya diberikan, baik dilakukan dalam jangka waktu pendek maupun panjang. Dalam waktu pendek, selain mengatur lalu lintas, pelebaran badan jalan juga direkomendasikan, khususnya di Gunung Manggah. Sayang, hingga kini, pembahasan tersebut sekadar cuap-cuap di kantor dewan Basuki Rahmat (DPRD Samarinda).
Kabid Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) Dinas Perhubungan (Dishub) Samarinda Hari Prabowo menjelaskan solusi yang sempat dibahas. Hari menuturkan, pihaknya juga menantikan pelebaran jalan. Dishub bersama kepolisian sebenarnya sudah sounding rencana pelebaran jalan jauh-jauh hari sebelumnya. Namun, hingga kini belum ada realisasi.
"Sebenarnya itu kan di PUPR, kami juga sama keinginannya. Namun, kan tahu anggaran dialihkan ke penanganan pandemi. Mungkin alokasi sudah disusun di PUPR tapi tereduksi," ungkap Hari.
Dia menjelaskan, sebenarnya kendaraan besar dengan dimensi lebar 2,1 meter ke atas tak bisa melintas di Jalan Otista. Bahkan juga dilengkapi rambu-rambu larangan. Faktanya, masih ada kendaraan besar yang melintas. "Sebenarnya tidak bisa lewat. Kami sudah pasang rambu tapi tidak tahu masih aja lewat," imbuhnya. Kendaraan bisa saja melintas nantinya jika jalan tersebut telah ditingkatkan. Solusi lain mengurai kemacetan, lanjut Hari, sebenarnya bisa melalui jalan pendekat Jembatan Mahkota II. Namun, jalan tersebut juga masih terbengkalai.
"Solusinya macam-macam, bisa peningkatan jalan atau buat jalan baru. Kalau sudah dilebarkan, kenapa tidak (bisa melintas). Namun, masyarakat harus mematuhi garis sepadan jalan. Jangan sampai buka pintu langsung ketemu aspal," jelasnya.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (DPUPR) Samarinda Hero Mardanus menuturkan, belum mengetahui secara pasti sejauh mana rencana pelebaran jalan. Ditanya pelebaran jalan telah dimasukkan perencanaan tahun ini, dia belum tahu pasti. "Belum ada itu (pelebaran jalan). Nanti saya cek kembali dulu lah," jelasnya. Disinggung soal perkembangan pengerjaan jalan pendekat yang dapat menjadi solusi, sebut Hero, masih belum selesai. Belum rampungnya pembangunan badan jalan lantaran permasalahan tanah.
"Itu kan masalah tanah. Namun, nanti saya cek dulu ya lagi perkembangannya ke kabid ya," kuncinya. (*/dad/dra/k16)