SAMARINDA – Pandemi Covid-19 membuat pemilahan jenis sampah di Kota Tepian tak maksimal. Target mereduksi penumpukan sampah plastik melorot signifikan sejak Covid-19 melanda.
Dari semula dipatok memangkas 50 persen sampah plastik masuk ke tempat pembuangan akhir (TPA), kini target pemilahan hanya berkisar 15–20 persen. “Banyak yang takut sampah plastik itu jadi carrier virus Covid-19,” ungkap Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Samarinda Nurrahmani beberapa waktu lalu.
Pemilahan sampah bisa dilakukan masyarakat secara mandiri ketika membuang sampah di tempat penampungan sementara (TPS) yang tersebar. Bisa pula disortir petugas pengangkutan sampah dari TPS ke TPA. Selama pandemi, sampah yang diangkut petugas dari TPS tak lagi dipilah secara langsung lantaran takut tertular ketika pemilahan itu.
Itu pun berlanjut meski normal baru sudah diberlakukan. Mengingat pandemi belum berakhir. Tak pelak, sampah yang biasanya disesuaikan dengan jenisnya, organik dan anorganik minim terjadi selama Covid-19. “Kebanyakan langsung angkut dan timbun di TPA. Enggak dipilah seperti biasanya,” sambungnya.
Jumlah sampah yang masuk ke TPA, terang dia, belum mengakomodasi semua limbah yang tersebar se-Samarinda. Per hari, jumlah sampah yang beredar se-Samarinda berkisar 860 ton. Dari jumlah itu, sekitar 610 ton yang mampu diakomodasi untuk diangkut. “Selebihnya masih ada yang terserak,” katanya.
Untuk sampah yang terbuang di sungai, DLH memang sudah menyiasati pengangkutan menggunakan dua kapal yang beroperasi di sepanjang Sungai Karang Mumus (SKM) sejak Februari.
“Semula sampah yang bisa diangkut hanya sekitar 500 ton. Dengan kapal itu, ada penambahan sekitar 110 ton,” tutupnya. (ryu/dra/k16)