PEMILIK Hotel Grand Mutiara, Roy, mengaku tidak kaget mendengar batalnya penunjukan hotelnya sebagai rumah sakit satelit. Sebab, sejak awal belum ada upaya negosiasi dari Pemkot Bontang. Meskipun manajemen RSUD sudah melakukan survei lapangan sehari setelah keputusan penunjukan muncul.
“Ini tandanya kami belum diperlukan. Tetapi jika sewaktu-waktu mereka membutuhkan, kami sudah siap,” kata Roy. Dia menyebut tidak mempermasalahkan terkait pembatalan ini. Dengan tidak jadinya digunakan rumah sakit satelit artinya pemkot bisa mengatasi permasalahan Covid-19. Pun demikian dengan masyarakat sangat diapresiasinya. Mengingat sangat patuh dalam menaati protokol kesehatan.
Sebenarnya pihak hotel telah menyiapkan skema sehubungan perawatan pasien Covid-19 dengan kategori gejala ringan dan tanpa gejala. Gedung kuning yang terdiri dari 50 kamar telah disiapkan. Jika jumlah kurang, lantai 1 dan 2 gedung merah dapat digunakan. Sementara lantai tiga dapat dipakai oleh pengunjung hotel yang sehat dengan melakukan penyekatan ruangan.
“Akses sebenarnya telah kami kondisikan. Jadi, pasien tidak lewat lobi. Tetapi langsung masuk dari belakang bangunan untuk menuju ke kamar,” ucapnya. Lahan parkir kendaraan tenaga medis pun ukurannya luas di belakang bangunan hotel. Tiap kamarnya terdapat balkon, sehingga pasien dapat melakukan aktivitas berjemur. Selama ini pihak hotel mengaku proaktif menghubungi pemkot terkait meminta kepastian.
Dengan kondisi ini, pihak hotel memutuskan untuk melanjutkan program promosi. Salah satunya membuka salah satu fasilitas awal bulan nanti. “Kami akan tetap melakukan promosi di masa penormalan baru ini,” pungkasnya. (*/ak/rdh/k16)