Beragam cara dilakukan aktivis lingkungan untuk menolak proyek wisata premium di Taman Nasional Komodo. Mulai membikin petisi online sampai mengirim surat ke UNESCO. Sampai sekarang Indonesia belum punya ahli tentang komodo.
HANS BATAONA, Manggarai Barat-TAUFIQURRAHMAN, Jakarta, Jawa Pos
LUMPUR membuat truknya tak bisa jalan. Padahal, ada material besi yang harus diantar. Kosmas Bagu, sopir, pun mematikan mesin truk. Bersama Toni, rekan kerjanya, mereka turun untuk melihat kondisi kendaraan.
’’Tidak terduga seekor komodo datang dari depan, lewat di samping yang jaraknya hanya 1,5 meter dari mobil,’’ kata Kosmas kepada Timor Express tentang apa yang dialaminya di Pulau Rinca, satu di antara tiga pulau di Taman Nasional Komodo, pada Minggu siang lalu itu (25/10). Kosmas dan Toni pun naik ke atas truk. Komodo itu hanya lewat di samping truk, kemudian pergi.
Ridwan, seorang ranger, kebetulan sedang berada di sekitar lokasi bersama sejumlah wisatawan yang dia pandu. Rekaman foto momen yang dialami Kosmas dan Toni itu lantas tersebar luas ke media sosial.
Pengumuman penutupan resor Loh Buaya, Pulau Komodo.
Foto itu pun secara tidak langsung membuka kesadaran banyak orang tentang proyek ’’Jurassic Park”, proyek wisata premium yang tengah dibangun di Pantai Loh Buaya, Pulau Rinca, yang masuk wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT).
Untuk kelancaran proyek yang digarap Ditjen Cipta Karya Kementerian PUPR itu, Balai Taman Nasional Komodo (TNK) Ditjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah mengumumkan penutupan sementara kawasan Pantai Loh Buaya dari kunjungan wisatawan. Terhitung mulai 26 Oktober 2020 hingga 30 Juni 2021.
Proyek tersebut menuai banyak kecaman. Sebuah petisi online juga dibuat untuk menolak proyek itu. Direktur Eksekutif Daerah Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) NTT Umbul Wulang Tanamahu Paranggi menilai pembangunan pariwisata premium di wilayah TNK akan berdampak buruk bagi keberlanjutan komodo.
”Langkah pemerintah saat ini juga telah membuktikan kekhawatiran bahwa pembangunan konservasi Pulau Rinca akan lebih didominasi kepentingan pariwisata,” kata Umbul (26/10).