Data penduduk 2020, 763 jiwa di Desa Muara Beloan adalah nelayan. Profesi yang turun-temurun sejak kampung berdiri pada 1920. Belasan danau, ribuan hektare rawa, dan alur sungai jadi habibat ikan gabus (haruan), toman, lais, baung, biawan, lele, pepuyu, dan lain-lain.
Tiap bulan 14–20 ton ikan dipanen. Disalurkan ke pasar atau pengumpul yang membawanya ke pasar di ibu kota kabupaten. Ada juga yang diolah menjadi ikan kering, didistribusikan hingga luar daerah, seperti Kalimantan Selatan hingga Jawa Barat.
Seiring penataan desa sebagai kampung wisata, ikan-ikan tersebut menjadi penopang. Menjadi objek wisata kuliner hingga oleh-oleh dan suvenir. Di antaranya, kerupuk ikan biawan, kendia, haruan, dan pipih. Belum lagi ikan olahan seperti ikan asin, ikan asap atau salai, hingga ikan kering bilis yang menjadi incaran pelancong. "Rata-rata menggunakan ukuran minimal setengah kilogram ikan asin dan kerupuk. Agar pembeli bisa menjangkau," terang Ketua TP PKK Kampung Muara Beloan Vherra Solita.
Mereka pun terus memperkaya kreasi ikan. Mulai 2021, mereka berencana memproduksi empek-empek ikan, camilan ikan seluang, hingga crispy ikan. Pemerintah kampung juga mempersiapkan pembangunan 10 gazebo dan kantin di pinggir alur Sungai Sermaung, sekitar 300 meter di barat alun-alun Etam. Itu untuk memudahkan warga yang ingin menikmati kuliner khas Kutai. (rud/ndy/k16)
