Padukan Kopi dan Bubur Ayam, Tempat Nongkrong Semi-Outdoor

- Senin, 26 Oktober 2020 | 16:18 WIB
MEMANFAATKAN YANG ADA: Dari kayu bekas, bangunan Kedai Ketitik Kopi tampil lebih natural dan memiliki khas. Namun, tetap terlihat modern dengan ukuran jendela lebih lebar dan desain yang ciamik. RAMA SIHOTANG KP
MEMANFAATKAN YANG ADA: Dari kayu bekas, bangunan Kedai Ketitik Kopi tampil lebih natural dan memiliki khas. Namun, tetap terlihat modern dengan ukuran jendela lebih lebar dan desain yang ciamik. RAMA SIHOTANG KP

Bisnis kafe atau kedai kopi tengah menjamur beberapa tahun belakangan. Berbeda dengan Ketitik Kopi di Jalan AW Sjahranie, Gang 2, Kelurahan Gunung Kelua, Samarinda Ulu, yang mantap membuka gerai sejak 2 Oktober lalu dengan tampilan yang berbeda.

 

KETITIK Kopi, mengusung tema rumah pedesaan. Berbekal foto-foto dari Instagram dan ingatan pernah menyambangi beberapa kafe di Jawa, kayu bekas dari pabrik tempat orangtua bekerja disulap menjadi kedai yang modern dan instagramable.

Andi Zainal Abidin bersama istrinya, Rizki Silvia Megaputri, pemilik Ketitik Kopi. Pasangan yang akrab disapa Enal dan Kiki itu menceritakan mulai berbisnis minuman sejak Februari 2020, berbasis sosial media. "Menunya hanya kopi cold brew botolan, yang memesan juga kebanyakan kalangan keluarga dan teman-teman," ucapnya.

Kemudian, tak beberapa lama, Kiki yang tengah hamil muda kala itu, ngidam bubur ayam di Jakarta. Namun, karena pandemi Covid-19, Enal memutar otak, mengulik resep dari YouTube dan orangtua, hingga akhir tercipta bubur ayam khas Ketitik Kopi. "Kami juga sempat jualan weekend dari garasi rumah, promo tetap via sosial media. Ternyata respons pelanggan baik dan antusias. Di situ kami yakin membuka kedai," timpal Kiki.

Keduanya mulai memikirkan tempat usaha, sempat ingin menyewa ruko di pinggir jalan, namun kesulitan mencari lokasi strategis, dan biaya sewa cukup tinggi. "Orangtua menawarkan menyewa tanah tetangga, selisih dua rumah dari rumah kami. Ternyata oke. Selanjutnya minta izin tetangga kiri-kanan-belakang, semuanya setuju. Langsung pembangunan," ucapnya.

Menggunakan bahan kayu bekas untuk dinding juga kursi bekas kafe teman. Selanjutnya pembukaan kedai menjadi langkah besar, namun tetap pada pondasi awal, berjualan makanan dan minum untuk keberlanjutan usaha, serta tetap menjaga rasa makanan yang konsisten dan stabil. "Kami memberdayakan keluarga. Misalnya bubur buat sendiri, istri buat brownies dan makaroni schotel, ibu buat jajanan seperti bingka dan donat. Beberapa keluarga ditawari untuk jualan produk di sini," ucapnya.

Untuk kopi, Ketitik Kopi menyediakan hanya dari roaster lokal. Beberapa menu andalan seperti Kopi Kecup, merupakan perpaduan kopi, susu, gula aren, dan krim yang dibuat khusus. "Kalau makan tentunya bubur ayam. Salah satu yang beda, bubur kami tanpa kuah, dengan toping ayam plus hati, ditambah telur ayam kampung setengah matang dipadu emping untuk tekstur crispy," ucapnya.

Terkait sasaran penjualan, diakui keduanya tidak ada yang khusus baik tua maupun muda. Namun untuk menjangkau kelas pekerja, Ketitik Kopi buka sejak jam 08.00–22.00 Wita. "Jadi mereka yang kerja pagi, bisa sarapan sambil ngopi di sini. Juga rutin hampir setiap akhir pekan komunitas sepeda menjadikan kedai kami sebagai titik persinggahan untuk sarapan. Makanya kami juga siapkan tempat parkir sepeda," terangnya. (dns/dra/k8)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Libur Idulfitri Dongkrak Kinerja Kafe-Restoran

Kamis, 18 April 2024 | 10:30 WIB

Harga CPO Naik Ikut Mengerek Sawit

Kamis, 18 April 2024 | 07:55 WIB

Anggaran Subsidi BBM Terancam Bengkak

Selasa, 16 April 2024 | 18:30 WIB

Pasokan Gas Melon Ditambah 14,4 Juta Tabung

Selasa, 16 April 2024 | 17:25 WIB

Harga Emas Melonjak

Selasa, 16 April 2024 | 16:25 WIB

Desa Wisata Pela Semakin Dikenal

Selasa, 16 April 2024 | 11:50 WIB

Pekerjaan Rumah Gubernur Kaltim

Selasa, 16 April 2024 | 09:51 WIB

Usulkan Budi Daya Madu Kelulut dan Tata Boga

Selasa, 16 April 2024 | 09:02 WIB
X