FESYEN jadi salah satu yang tak pernah mati. Selalu ada yang baru, dengan style yang trendy.
Sejak pandemi melanda hampir seluruh negara, termasuk Indonesia, dunia fesyen juga merasakan imbasnya. Nah, banyak orang lebih menghabiskan waktu di rumah. Tapi, tak membuat gaya yang itu-itu saja. Seperti motif tie dye atau yang dikenal ikat celup yang terkenal dengan pola dan permainan warna-warna yang mencolok. Belakangan, motif terkesan abstrak itu jadi pilihan berpakaian, setelan baju tidur, baik anak, dewasa, laki-laki, maupun perempuan.
“Memang sejak tiga bulan terakhir penjualan pakaian bermodel tie dye banyak dicari. Tapi sekarang banyak juga model-model lain,” ungkap Ema Praditha selaku owner Fvor.id saat ditemui belum lama ini. Tren tie dye mulai dikenal di Amerika Serikat sejak 1960-an, sebagai simbol pertentangan budaya. Fesyen yang ramai digandrungi itu jadi kombinasi teknik pewarnaan dengan ikatan. “Tren yang nostalgia lah,” sambung Ema. Tidak hanya kaus, motif tie dye juga ada kemeja, celana, jilbab, dress, dan beragam jenis pakaian lain.
Celana pun demikian. Motif tie dye juga banyak kombinasinya. “Banyak macamnya lah. Alhamdulillah, kalau di tempat kami (Fvor.id) selalu sold out. Jadi jarang restock,” timpal Risca Pradhita, kakak Ema yang juga bagian dari owner Fvor.id.
Tak hanya tie dye, model pakaian yang banyak dicari saat ini adalah puff sleeve, atau baju lengan balon. “Itu ramai juga. Sekarang lagi tren,” ungkap Risca. Bahkan, dikombinasikan dengan bawahan apa saja bisa masuk. Terlebih celana cutbray. (dra2/k8)
