Menumpuk di Kota karena Bisa Buka Praktik

- Senin, 26 Oktober 2020 | 16:14 WIB

DATA Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mencatat pada 2019, Kaltim memiliki 2.238 dokter. Terdiri dari 1.657 dokter umum dan 581 dokter spesialis. Namun, sayang, sebaran ke seluruh provinsi belum merata.

Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan Dinas Kesehatan (Diskes) Kaltim Asaf Diolo menjawab angka-angka itu sebagai tantangan. Dia mengatakan, saat ini persebaran dokter masih menjadi masalah di Benua Etam.

Pun begitu dengan jumlahnya yang belum ideal. Kaltim pun sudah berupaya mengkatrol jumlah dokter. “Sebenarnya kami juga ada program dari Kementerian Kesehatan yaitu program Nusantara Sehat,” ungkap Asaf.

Untuk diketahui, Nusantara Sehat merupakan upaya kesehatan terintegrasi mencakup aspek preventif, promotif, dan kuratif melalui penugasan khusus tenaga kesehatan berbasis tim dengan jumlah serta jenis tertentu untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan di daerah tertinggal, kepulauan, dan perbatasan (DTKP) serta daerah bermasalah kesehatan (DBK).

Program itu bertujuan mewujudkan layanan kesehatan primer yang bisa dijangkau oleh setiap anggota masyarakat. Terutama oleh mereka yang berada di wilayah-wilayah terpencil di berbagai pelosok Nusantara. Untuk itu, penguatan layanan kesehatan berbasis tim tenaga kesehatan.

Kemudian ada juga program internsip. Jadi, itu adalah program bagi dokter yang baru lulus tapi masih perlu pemahiran. Sebab, dalam ketentuan, pendidikan dokter itu mengharuskan mereka magang dahulu. Keberadaan dokter magang itu cukup membantu.

Apalagi banyak dokter internsip yang berasal dari Universitas Mulawarman Samarinda. Diakui Asaf, program dokter magang dari universitas itu cukup membantu. Namun, tidak membantu untuk penyebarannya. Sebab, banyak yang masih berkutat di kota-kota besar Kaltim. “Jadi, saya lihat lulusan Unmul itu masih banyak senangnya di kota,” jelasnya.

Kalau untuk di daerah pedalaman, belum tertarik. Untuk menarik dokter ke pedalaman bukan hal mudah. Salah satu daya tarik dokter agar bisa bekerja di pedalaman adalah penghasilan.

Seorang dokter yang buka praktik di perkotaan bisa saja tidak bergantung dengan gaji pemerintah. Pasalnya, dokter yang membuka praktik di perkotaan, notabene pasiennya lebih banyak dibandingkan membuka praktik di pedesaan, sehingga penghasilannya juga lebih banyak.

Apalagi biaya pendidikan dokter itu tidak murah. Merujuk uang kuliah tunggal (UKT) di Unmul 2019/2020, biayanya golongan UKT ada yang mencapai Rp 25 juta. Berbeda dengan fakultas lain yang paling mahal Rp 12 juta.

Adapun saat ini sebagian besar dokter menumpuk di Samarinda dan Balikpapan. Bahkan seperti Mahakam Ulu hanya memiliki tiga dokter spesialis.

Berdasarkan data IDI pada 2019 ada 2.238 dokter di Kaltim. Sementara jumlah penduduk di provinsi ini hampir sekitar 4 juta orang. Jika rasio ideal yang diharapkan satu dokter untuk 1.000 orang, seperti negara-negara tetangga, maka Kaltim perlu 4.000 dokter. (rom/k16)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X